“Tidak
ada perang selain yang kamu ketahui dan kamu rasakan,
Perang
bukanlah kata-kata yang dikira-kira.”
(Zuhair
bin Abi Salamah)
Setelah
terjadi gelombang pengusiran Mujahidin Arab di Pakistan dan setelah mereka
bercerai-berai tak karuan –seperti yang kami singgung sebelumnya— pemerintah
Mesir mulai berlagak singa di Pakistan, karena mereka mengandalkan sokongan
yang diberikan oleh dua pemerintahan; pemerintahan Amerika Serikat dan Saudi
yang notabene punya pengaruh kuat terhadap pemerintah Pakistan. Kebetulan
ketika itu –bahkan sejak tahun 50-an— hubungan antara pemerintah Mesir dan
pemerintah Pakistan memburuk, disebabkan oleh sikap pemerintah Mesir yang
mendukung India dalam masalah Kashmir dan pemerintah Mesir –sejak era Abdul
Nashir—menilai masalah Kashmir adalah masalah internal India.
Mulailah
pemerintah Mesir mencari-cari siapa saja orang-orang Arab dan Mesir yang masih
tersisa, khususnya di Pakistan. Bahkan tindakan mereka ini mengakibatkan salah
seorang mahasiswa yang belajar dengan jalur resmi dideportasi dari Universitas
Islam Islamabad, kemudian penangkapan terhadap dua orang Mesir yang memakai
kewarganegaraan Pakistan karena mereka kebetulan menikah dengan wanita
Pakistan.
Sikap
mengalah pemerintah Pakistan sampai pada tingkat mereka mau menyerahkan dua
orang yang sudah mendapatkan kewarganegaraan Pakistan kepada pemerintah Mesir
ketika mereka berdua sedang disidang terhadap penganiayaan yang mereka alami,
tanpa memperhitungkan lagi aturan hukum Pakistan.
Maka
harus ada balasan terhadap konspirasi jahat yang dilakukan oleh pemerintah
Pakistan bersama Mesir, Amerika dan Saudi ini.
Begitu
pula sikap pemerintah Mesir yang memperluas perang permusuhannya terhadap Islam
di Mesir, persekutuannya yang terang-terangan dengan Amerika dan peperangan
yang ia pindahkan tidak hanya di Mesir tapi juga keluar Mesir, semua ini harus
ada reaksi balasan. Oleh karena itu, kami mengambil keputusan untuk melancarkan
balasan terhadap target yang menyakitkan bagi konspirasi jahat ini.
Setelah
melakukan pengkajian, akhirnya dibentuk sebuah tim untuk melakukan pembalasan.
Tim ini ditugaskan untuk menyerang target-target berikut ini secara berurutan:
Pertama,
menyerang Kedubes AS di Islamabad. Jika tidak berhasil, maka menyerang salah
satu target-target Amerika di Islamabad. Jika tidak berhasil maka
menyerang kedubes negara barat yang
permusuhan sejarahnya terhadap Islam sudah masyhur. Jika tidak berhasil, maka
menyerang kedubes Mesir.
Setelah
melakukan survei intensif dan terperinci, disimpulkan bahwa menyerang kedubes
AS melebihi kemampuan yang dimiliki tim yang akan ditugaskan, ditambah lagi
dengan survei ke salah satu target Amerika di Islamabad yang ternyata jumlah
pegawai Amerikanya sedikit, kemungkinan mayoritas yang akan terkena serangan
adalah orang-orang Pakistan sendiri.
Begitu
juga dengan rencana menyerang salah satu kedutaan negara Barat, ternyata itu
juga diatas kemampuan yang dimiliki tim yang akan ditugaskan.
Akhirnya
diputuskan bahwa kedubes Mesir di Islamabad lah yang akan diserang, sebab
kedubes itu bukan hanya mengendalikan aksi perburuan terhadap mujahidin Arab di
Pakistan, tapi juga melakukan aksi spionase yang membahayakan Mujahidin Arab.
Ditambah dengan temuan aparat keamanan Pakistan di bekas reruntuhan gedung
kedubes Mesir yang lama bahwa ternyata ada kerjasama antara India-Mesir untuk
memata-matai Pakistan.
Sebelum
aksi pengeboman, tim eksekutor memberitahu kami bahwa mereka siap menyerang
kedubes Amerika dan Mesir secara bersamaan asalkan kami bisa memberi biaya
tambahan. Namun kami sudah mengerahkan semua yang ada pada kami dan kami tak
sanggup lagi menganggarkan biaya tambahan. Akhirnya, tim terfokus untuk
meledakkan kedubes Mesir, dan Allah memberi kemudahan, operasi itu terlaksana.
Reruntuhan
bangunan kedubes itu memberikan pesan yang sangat dalam artinya dan sangat
gamblang penjelasannya, tentang balasan bagi siapa saja yang bekerjasama dengan
Amerika dan Yahudi dalam memerangi kaum Muslimin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar