Sabtu, 11 Februari 2012

Hancurnya Suatu Negeri


Kaum muslimin rahimakumullah, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman : 

"Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), Kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. (QS. Al Isra 16)

Dalam Tafsir Jalalain diterangkan bahwa jika Allah Subhanahu Wa Ta’ala hendak membinasakan suatu negeri, Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengirim utusan-Nya kepada orang-orang yang hidup mewah untuk taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Orang-orang yang hidup mewah di negeri tersebut yang diungkap dengan kata “mutrafiiha” artinya adalah «muna’imiiha» (yang menikmati negeri tersebut), yakni para pemimpin di negeri tersebut diperintah oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala melalui para rasul-Nya agar taat dan tunduk kepada perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Namun para pemimpin itu justru fasik, keluar dari perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka berlakulah ketetapan Allah untuk negeri tersebut, yakni mendapatkan adzab-Nya. Maka Allah akan menghancurkan negeri tersebut hingga binasa, baik menewaskan penduduknya maupun merobohkan bangunan-bangunannya.

Kaum muslimin rahimakumullah, Dalam ayat 17 dari Al Quran surah Al Isra’ di atas Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan warning kepada para mutrafin yang berkuasa atas negeri-negeri manapun hari ini, bahwa Dia Subhanahu Wa Ta’ala telah menghancurkan sekian banyak negeri lantaran perbuatan penduduknya yang kufur. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman : 

"Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh Telah kami binasakan. dan cukuplah Tuhanmu Maha mengetahui lagi Maha melihat dosa hamba-hamba-Nya"(QS. Al-Isra’: 17)

As Samarqandy dalam tafsirnya menerangkan bahwa Allah Maha Tahu akan dosa-dosa hamba-Nya dan Maha Kuasa untuk membalas dan menyiksa mereka. Ayat tersebut merupakan ancaman kepada umat ini agar mereka taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan tidak durhaka kepada-Nya.  Jika mereka bermaksiat alias durhaka kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala maka akan menimpa mereka musibah yang telah menimpa umat-umat sebelum mereka. 

Kaum muslimin rahimakumullah, Dalam berbagai ayat Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengisahkan adzab terhadap umat-umat terdahulu agar menjadi pelajaran bagi umat manusia hari ini agar tidak terjerumus dalam dosa yang akan mengundang adzab Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Kaum Aikah, penduduk Madyan telah mendustakan Nabi Syu’aib. Mereka tidak mau mendengar nasihat dari Rasul Allah itu. Mereka disiksa oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan awan panas dari langit yang membakar dan membinasakan mereka. Allah mengabadikan hal itu dalam firman-Nya : 

“Penduduk Aikah (Penduduk Negeri madyan) telah mendustakan rasul-rasul; Ketika Syu'aib Berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?, Sesungguhnya Aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu. Maka bertakwalah kepada Allah dan 'taatlah kepadaku; Dan Aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang- orang yang merugikan;  Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus.  Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan;  Dan bertakwalah kepada Allah yang Telah menciptakan kamu dan umat-umat yang dahulu". Mereka berkata: "Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir,  Dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami, dan Sesungguhnya kami yakin bahwa kamu benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta.  Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.  Syu'aib berkata: "Tuhanku lebih mengetahui apa yang kamu kerjakan". Kemudian mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa 'azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu adalah 'azab hari yang besar”.  (QS. As-Syu’ara : 176-189)

Kaum Tsamud atau disebut ashabul hijr telah mendustakan Nabi Shalih, maka mereka diadzab oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan mengirim teriakan yang keras di waktu pagi yang membinasakan mereka. Yang membuat benteng-benteng mereka di batu-batu gunung di daerah Wadil Qura, antara Madinah  Syria tidak berguna sama sekali. Tidak sanggup menghadapi azab Allah Subhanahu Wa Ta’ala.  (lihat QS. Al Hijr 80-84).

Fir’aun dan 200 ribu bala tentaranya yang mendustakan Musa ‘Alaihissalam dan bahkan mengejar-ngejar Rasul Allah dan para pengikutnya itu akhirnya ditenggelamkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala di laut merah. Kemegahan dan kekuatan Firaun yang sangat mengagumkan hingga dirinya mengaku sebagai Tuhan yang paling tinggi itu tak kuasa menahan azab Allah Dzat yang Maha Perkasa.   Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman : 

“Dan (ingatlah), ketika kami belah laut untukmu, lalu kami selamatkan kamu dan kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan”.  (QS. Al-Baqarah : 50)

Masih banyak kaum-kaum yang lain yang telah dikisahkan Al Quran pembinasaan mereka lantaran kekufuran mereka kepada para rasul. Dan semua kaum yang dibinasakan oleh Allah SWT itu adalah kaum yang telah berbuat zhalim  (lihat QS. AL Kahfi 59). 

Kaum muslimin rahimakumullah, Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan mengirim para pemberi peringatan kepada kaum yang zalim dan melampaui batas di dalam pelanggaran terhadap hukum-hukum syariat Allah, agar mengingatkan mereka dan mengajak mereka taat. Namun mereka menolaknya dan melecehkan para utusan itu. Maka Allah menghancurkan mereka dengan sehancur-hancurnya.  

Oleh karena itu, jika kita tidak ingin negeri kita  dibinasakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, maka sudah selayaknya para pemimpin dan para pengikutnya di negeri ini mengindahkan peringatan-peringatan yang sudah disampaikan oleh para ulama dan para aktivis dakwah yang secara ikhlas menyampaikan peringatan, lalu hendaknya mereka segera bertobat dengan kembali kepada syariat Allah dengan menerapkan syariat melalui kekuasaan mereka dalam seluruh aspek kehidupan. Wallahu a’lam... Baarakallahu lii walakum.
Share on :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright Aceh Loen Sayang 2011