Oleh : Syaikh Abu Mush'ab Az-Zarqawi -Rahimahullah
Amma Ba‘du…
Kepada singa-singa di Baghdad dan Al Anbaar….
Segala puji bagi Allah, yang memuliakan Islam dan pertolongan-Nya. Yang menghinakan kesyirikan dengan kekuatan-Nya. Mengatur semua urusan dengan perintah-Nya. Mengulur batas waktu bagi orang-orang kafir dengan makar-Nya. Yang mempergilirkan hari-hari bagi manusia dengan keadilan-Nya, dan menjadikan hasil akhir sebagai milik orang-orang bertakwa dengan keutamaan-Nya.
Shalawat dan salam terhatur selalu kepada Nabi Muhammad, manusia yang dengan pedangnya Allah tinggikan menara Islam.
Amma Ba‘du…
Umatku… wahai umat pembawa pedang dan pena…
Mengapakah pedang dan mata pena kalian terpatahkan? Padahal kalian dulu adalah kaum yang mulia di atas bintang gemintang. Mengapa hari ini kalian terjerembab di bawah kaki para agresor dan debu-debu kuda penjajah?
Umatku yang mulia…
Kali ini aku berbicara kepada kalian tentang sebuah masalah yang membuat diriku sedih. Tidakkah kalian dengar desisan ular yang sedang mengendap-endap dalam gelapnya kelalaian kalian? Ia hendak menerkam masa depan kalian..
Umatku yang tercinta…biarkan aku lontarkan perkataan yang tercampur oleh tanahku, tetapi lafadznya meluncur dengan bahasa langit.
Biarkan aku menasehatimu di persimpangan jalan yang sulit. Agar engkau mengetahui dengan jelas akan sebuah petunjuk… agar engkau kumpulkan kembali kekuatanmu. Sebab aku khawatir, kita akan menyesal di saat penyesalan tidak lagi berguna.
Sungguh, semua orang, baik yang jauh maupun yang dekat, telah sama-sama mengetahui adanya persekongkolan syetan; yaitu segi tiga kekuatan kafir dan makar di negeri dua aliran sungai (Irak dan sekitarnya):
Pertama: Amerika, si pengusung bendera salib.
Kedua : Orang-orang Kurdi yang tergabung dalam milisi Basymarqah, yang didukung oleh militer yahudi. Di bawah pimpinan dua boneka AS, Al-Barzânî dan Thalabânî.
Ketiga: Orang-orang Rafidhah (Syiah). Musuh kaum sunni (Ahlussunnah), yang dalam hal ini diwakili oleh pasukan militer bulan purnama (Failiq Badr), dan partai yang Dakwah, yang pada hakikatnya menyeru kepada syetan.
Adapun pimpinan mereka, si pengkhianat, Iyadh Allawi, insya Allah telah menjadi target anak panah kami.
Hai pengkhianat! Hentikan sendawamu terhadap kami. Hentikan angin perutmu terhadap sesamamu. Lalu tunggulah. Maka yang terbersit pada wajahmu telah dekat dengan kami, atas izin Allah. Maka tunggulah malaikat maut ketika dirimu berada di gundukan pasirmu bersama tongkat penyanggamu, yaitu teman-temanmu tukang berkelakar dari kalangan anggota pemerintahanmu.
Jika kamu bersama para pengemban salib, maka kami bersama Allah yang Maha mengabulkan doa lagi Maha dekat. Dan kamu tidak akan bisa lari dari Allah di bumi ini, sungguh hari esok sangat dekat bagi orang yang menunggunya.
Umatku….
Inilah hakekat (Syi’ah) Rafidhah, pelaku sejarah hitam :
“Masih saja dimunculkan kisah setiap hari yang diceritakan
dan kata-kata tentang seorang pelayan yang dibuat-buat
Dialah pengkhianat umatnya yang melemparkan tali ke arahnya
Berupa tipuan-tipuan, hingga ia pun terjerat.
Seperti serigala yang mengarahkan pandangan beracun kearahmu,
Walaupun ia tampil sebegitu elok….
Alangkah jauh beda antara pemuda yang hatinya
Dipenuhi rasa yakin dengan orang yang sekedar mengaku dan berkoar-koar
Pelaku kesesatan tak hentinya berbuat angkuh
Dadanya sempit terlipat lantaran kedengkian….”
Sungguh pemimpin kafir salibis telah mempraktekkan peribahasa : “Singsingkan baju, kenakan sarung, lalu gunakan kulit Harimau,” dengan menyerang Najaf, padahal Najaf merupakan tujuan sebenarnya, ataukah mereka bersiap-siap menyerang yang lain?
Umatku….
Nanti dulu, perhatikan baik-baik. Najaf bukan tujuan utama mereka, akan tetapi tujuan utama mereka adalah Segi Tiga Wilayah Sunni, yang penduduknya memiliki tekad kuat dan semangat tinggi.
Dan aku bersumpah demi Dzat yang telah meninggikan tujuh lapis langit, yang mematahkan leher para thaghut, dan yang menghinakan tengkuk mereka, bahwa kepala Amerika telah tersungkur ke tanah di sini. pahlawan-pahlawan kita telah menginjaknya sehingga mitos tentangnya tak ubah seperti fatamorgana.
Sungguh, merekalah rekan-rekan mujahidin dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Merekalah yang menimpakan kehinaan kepada pasukan sekutu. Menamparnya dengan tamparan yang tak terlupakan, memberikan pelajaran yang membuat mereka terpanggang dalam api dan membuat mereka menggelepar kesakitan karenanya sampai saat ini.
Pelajaran yang menjungkirkan bendera-bendera mereka, mengguncang pijakan-pijakan kaki mereka, dan membuyarkan fikiran mereka hingga rasa takut menyelinap pada persendian mereka, dan keputus asaan menggerogoti tulang mereka. Bagaimana tidak? Sementara para pahlawan kita telah menghajar mereka habis-habisan hingga mereka lihat sendiri kepengecutan serdadu Amerika.
Yach, begitulah! Mereka bermaksud menakut-nakuti kita dengan menghancurkan kota Najaf. Begitulah biasanya para pengecut, mereka sengaja mengawali serangan terhadap para penduduk di sana untuk mengembalikan denyut kehidupan pada diri serdadu-serdadunya yang “mati”, sebelum menyongsong pertempuran membara melawan kaum sunni. Seperti itulah kebiasaan orang kafir:
“Dan hampir saja orang-orang kafir itu menggelincirkan kamu dengan pandangan-pandangan mereka”. (QS. Al-Qalam : 51)
dalam rangka menurunkan bendera tauhid yang tengah berkibar di tanah Irak dibalik kedok bantuan palsu yang mereka berikan.
Wahai pemuda Islam di Irak, bahkan di berbagai negeri Islam….
Wahai yang bingung mencari kehidupan sejati….
Wahai yang rindu untuk menolong agama Allah….
Wahai yang mau menyerahkan nyawa dihadapan Tuannya….
Di sini ada hidayah dan petunjuk. Di sini ada hikmah dan kelurusan. Di sinilah puncak kenikmatan berkorban dan berjihad. Maka segeralah engkau bergabung dengan “Bataliyon Bisu” untuk berjuang di bawah panji sang pemuka para Nabi.
Wahai umat Islam….
Bukankah bangsa-bangsa mengerumuni kalian layaknya orang makan mengerumuni nampan makanannya? Lantas, mengapakah ditolak keberadaan sekelompok mujahidin yang datang dari penjuru dunia, padahal mereka telah tinggalkan semua, dari yang berharga hingga yang murah, mereka jual nyawa demi meraih sesuatu yang mahal, untuk menjadi garda depan pelindung kehormatan umat, sekaligus penghalang yang kuat yang dihadapannya kesombongan dari bualan Amerika tumbang?
Wahai umat Islam….
Hingga kapan kalian tertipu oleh gema terompet barat dan antek-anteknya di negeri kita ini? bagaimana bisa kalian mau mendengar para penghancur keadilan? Keadilan apalagi yang tersisa pada orang yang berlumur kotoran, mengenakan pakaian tipu daya, dan kelakuannya dipenuhi pengkhianatan?
Umatku, bagaimana bisa kamu masih percaya terhadap kedustaan jahat mereka terhadap putra-putramu yang telah menggadaikan masa depannya dengan kondisi saat ini, padahal telah mereka persembahkan nyawanya di bawah deringan peluru orang-orang kafir dalam rangka membela kehormatan dan menjaga agamamu?!
Wahai umatku….aku memohon ampun kepada Allah! Umatku tak kunjung beranjak dari ranjang wanita pingitan.
Bahkan, wahai orang-orang yang perwira, kapankah kalian akan berdiri satu barisan, padahal muslimat-muslimat suci di sembelih di hadapan kalian dan air mani kejahatan bermain-main ke sana ke mari di depan mata kepala kalian, dan orang-orang kafir yang hina itu menggigit kehormatan kalian lalu ia bersembunyi?!
Inilah Penjara Abu Ghroib, coba tanyalah ia…. Duh, sedihnya jiwaku, tatapan-tatapan gamang, hati-hati yang penuh emosi, dan luka yang terus tergores di setiap hati. Dan orang yang mendengar tidak sama dengan orang yang melihat langsung.
Wahai orang-orang yang kesatria….
Sampai kapan kalian hanya sekedar tidak bisa tidur dan mencucurkan air mata, padahal kalian telah dihinakan sedemikian rupa, kalian hanya berucap: La Haula Wa Laa Quwwata Illa Billah! Lalu memejamkan mata, seolah semuanya hanya tembakan tanpa penembak?!
Duh, menyesal sekali, wahai orang-orang yang kesatria….
“Aku masuk menemui keperwiraan, sementara ia menangis,
Lalu kutanya: Mengapakah, si pemudi menangis?
Ia menjawab: Bagaimana aku tidak menangis sementara keluargaku
Semuanya mati di bawah makhluk-makhluk Allah…”
Setelah aib memalukan ini, katakan padaku, wahai umatku, kapankah kamu kibaskan debu kehinaan? Kapan kamu patahkan rantai nestapa? Kapan kamu lepas belenggu perbudakan? Lantas, kapan kalian pasang pelana kuda-kuda kemuliaan?
“Umatku, kenistaan sementara tak henti-hentinya kita ucapkan:
Bahwa kita adalah putra-putra para pemuka.
Sementara Al Quds tengelam tercabik-cabik kesedihan
Dan rintihannya bergema berulang-ulang
Sampai kapan semangat kita digerogoti hawa nafsu
Dan kita terus dihancurkan oleh rintihan dan kesedihan?”
Adapun kalian wahai para mujahidin yang terasing….
Demi Allah, belum pernah jalan-jalan dakwah itu terbentang dengan taburan bunga ataupun wewangian.
Sungguh, harga ajaran-ajaran dakwah itu besar.
Harga dari memindahkan prinsip kepada dunia nyata adalah timbunan daging yang terpotong-potong dan banjir darah. Dan tidak ada yang mampu menyalakan pelita masa depan yang cerah dalam kegelapan ini selain para mujahidin dan syuhada’.
Alangkah indah kata-kata itu : ”Aku telah berhasil (menang), demi Robb Ka’bah.”
Aduhai, indahnya aroma surga, sungguh indah. Akan tetapi, dimana orang yang jujur kepada Allah lalu Allahpun membenarkan (kejujuran)nya?
Sungguh lembut lantunan sang Nabi kalian SAW, ditengah beratnya menempuh perjalanan, ia berujar kepada jarinya yang terluka:
“Kamu hanyalah jari yang berdarah, dan apa yang kau alami adalah di jalan Allah.”
Nabi kita itu, wajahnya terluka. Patah gigi gerahamnya, dan pelindung kepala beliau yang mulia remuk.
Saudara-saudaraku…, Wahai yang diwajahnya terpancara air muka kebahagiaan, dan yang singgasananya menyibakkan cahaya kemuliaan….
Sungguh, beruntunglah kalian, demi Allah.
Sungguh, bahagialah kalian, demi Allah.
Ikatan unik apakah gerangan yang mengikat hati-hati kalian, sehingga senyum manis kalian mampu membalikkan roh kehidupan pada hati yang mati. Hendaknya kalian merasa bahagia dengan kondisi kalian saat ini, yang berbeda dengan kondisi kebanyakan orang. Maka, waspadalah akan penyakit bosan, janganlah kalian utamakan keinginan mencari selamat, sebab akibat dari langkah mundur adalah penyesalan. Na’udzubillah.
Percayalah kepadaku jika kukatakan kepada kalian: bahwa aku tidak pernah menyaksikan orang yang di zhalimi memaafkan orang lain akan aniaya terhadap dirinya, zuhud dan sederhana dalam haknya, selain mujahidin dan jihad mereka. Meski begitu, kalian tidak akan rugi. Kebathilan memang memiliki giliran, dan kebenaran akan menang pada waktunya nanti. Intinya adalah sadar sesaat, setelah itu kesudahan yang baik. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan amal usaha kalian.
“Majulah, jangan rela dengan hidup susah….
Orang yang tidak maju ke depan tidak akan berhasil meraih kenikmatan.”
Apakah kalian mengira, bahwa jenderal pemegang kendali Amerika itu lebih baik kondisinya daripada Abu Jahal, ketika ia dibuat “mabuk” dengan senjata dan perlengkapannya lalu ia bersumpah untuk tidak pulang sebelum ia tabuh rebana dan ia tenggak arak? Tapi sungguh, ia tidak pulang kecuali dengan kepala terpenggal dan kekalahan memalukan diselimuti kehinaan.
Sungguh, musuh kita kebingungan bagaimana mencerai beraikan kekuatan kalian. Akhirnya, tak ada cara lain menurut mereka selain melakukan teror mental dengan senjata-senjata modern mematikan yang mereka miliki. Para penyembah materi itu tidak mengerti bahwa kekuatan yang didukung morilnya dari Allah tidak bisa dibuyarkan oleh badai ataupun tekhnologi Amerika.
Katakan padaku wahai Ahli dzikir pagi dan sore, apalah artinya rudal-rudal nuklir, senjata-senjata kimia, dan gas-gas beracun mereka dihadapan sebuah untaian kalimat yang menakjubkan, sebuah kalimat yang – demi Allah – mampu meluluh lantakkan kekuatan senjata apapun, keagungannya mampu melenyapkan kecerdikan segala bidikan dan perencanaan. Di hadapannya semua desingan peluru orang-orang kafir terpatahkan. Ringan diucapkan namun bermanfaat bagi manusia: “Bismillahilladzi laa yadhurru ma’a ismihi syai’un fil ardhi wa laa fis samaa’I wa huwas Samii’ul Alim”, yang mengerti keagungan kalimat ini hanyalah orang yang kontinyu mengucapkannya setiap pagi dan sore.
Ini satu kalimat saja dari cahaya kenabian, mampu melindungimu dari serangan mematikan rudal-rudal. Lalu bagaimana dengan orang yang tak hentinya melantunkan dzikir-dzikir pagi dan sore.
Musuh-musuh kita mengira jika suatu musibah menimpa kami maka kami akan berucap: “Seandainya kita dulu begini, tentu begini….”
Mari wahai para pemuda generasi Muhammad bin Abdullah….
Tunjukkan praktek nyata kepada mereka, bukan kata-kata, mengenai firman Allah Ta’ala : “Katakanlah: Seandainya kalian berada di rumah-rumah kalian, tentu orang-orang yang sudah digariskan terbunuh akan keluar menuju tempat pembaringannya”.
Jelaskan kepada mereka dengan kenyataan, terangkan dengan indahnya keberanian, tentang makna hadits Nabi kalian: “….Dan ketahuilah, apa yang menimpamu tidak akan meleset darimu dan apa yang ditakdirkan meleset darimu tidak akan menimpamu”. Setelah itu katakan kepada mereka: “Matilah dengan kedongkolan kalian, kami tidak akan tertimpa selain apa yang sudah ditulis Allah untuk kami. Dan sesungguhnya peluru yang disana telah ditulis akan mengenaimu tidak akan meleset darimu”.
Kemudian, renungkan pada perang apakah persenjataan kaum muslimin lebih unggul daripada persenjataan orang-orang musyrik? Setelah itu perhatikan bagaimana hasil yang dicapai dalam perang Hunain!.
Sungguh, aku heran dengan orang-orang yang berfikiran dangkal yang mengukur jihad kami berdasarkan perhitungan duniawi, dengan uang, perlengkapan dan persenjataan. Setelah itu ia sebarkan pengaruh-pengaruhnya, lalu ia hias kebathilan-kebathilannya dengan bahasa simpatik, dengan harapan ada “telinga tak sehat” yang mau mendengar, atau “pena” yang bisa dibayar. Orang-orang bodoh itu tidak tahu, bahwa akidah kami ditolong oleh Rabb langit. Jika mereka menakut-nakuti kamu dengan “sampah-sampah” mereka, katakanlah: Bukankah Allah telah cukupkan (lindungi) hamba-Nya? Dan mereka menakut-nakutimu dengan yang lebih rendah dari-Nya.
Jika mereka berlagak dihadapan kamu, maka ingatlah: “Adapun buih maka ia akan lenyap sebagai sesuatu yang tidak berguna….”.
Jika engkau merasa ngeri dengan kekuatan senjata, perlengkapan, informasi, dan tulisan-tulisan yang mereka miliki, maka ingatlah selalu firman Allah SWT: “Sesungguhnya orang-orang kafir itu membelanjakan harta mereka untuk memalingkan dari jalan Allah, maka mereka akan membelanjakannya, setelah itu menjadi penyerahan buat mereka, setelah itu mereka dikalahkan. Dan orang-orang kafir itu akan dikumpulkan ke neraka Jahannam”.
Jika pesawat-pesawat mereka berlalu lalang dengan angkuh sepanjang udara, maka katakan kepada pilotnya, pembuatnya dan orang-orang yang mengirimnya, katakan kepada mereka semua : “Wahai sekalian jin dan manusia, jika kalian sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah).” Allah lebih tinggi dan lebih kuat serangannya daripada jet-jet tempur kalian.
Jika kalian menghadapi mereka secara terbuka lantas jumlah mereka membuatmu takut, maka bertakbirlah dihadapan mereka sembari mengatakan: “Betapa banyak kelompok yang sedikit mampu mengalahkan kelompok yang banyak, dengan izin Allah”.
Terakhir, jika jerat-jerat syaithon mulai muncul untuk menimbulkan keraguan pada keyakinan terhadap pertolongan Allah, segera pangkaslah semua itu dengan firman Allah SWT: “Allah menetapkan: Pasti Ku-menangkan Aku dan Rosul-rosul-Ku….”.
Mereka tidaklah mengerti keislaman kita sebenarnya, maka tunjukkan kepada mereka akan islam kita. Dan jangan sampai kalian tertipu kata-kata manis dan ungkapan-ungkapan palsu. Perlihatkan kepada mereka, siapakah anak cucu Khalid, Mutsanna, Amru dan Musa.
Inilah pertempuran Qadisiyah, tatkala perang sedang sengitnya berlangsung, kematian menggigit para pahlawan, isteri Sa’ad yang bernama Salma berteriak – Sa’ad menikahinya setelah mantan suaminya, Mutsanna meninggal – ia berteriak karena tidak menemukan “Mutsanna” yang bisa mengendalikan tentara dan pasukan kuda untuk bertahan dihadapan musuh. Ia berseru : “Waa Mutsannaaah…., duh, sedihnya aku karena Mutsanna, tidak ada Mutsanna lagi hari ini. Duh, sedihnya aku karena Mutsanna, tidak ada mutsanna lagi bagi kaum muslimin hari ini. Mereka itu mirip semua, tapi tidak ada seperti Mutsanna seorangpun buat mereka”.
“Sejarah tak henti menceritakan kisahnya kepada kita….
Sudah berapa pembicaraan yang kita riwayatkan dengan teriring kerinduan….
Sudah berapa kisah yang membuat kami terpesona karena perasaan cinta….
Dan semakin mempesona kita tatkala kita ulang kembali….
Parit-parit itu, wahai Baghdad, telah berubah menjadi nyanyian….
Tanahmu seolah melantunkan dan pasir sebagai bibirnya….
Dan kuda-kuda Allah pun membuatku terpesona pada….
Sebuah pertempuran, dimana Allah lah penolongnya….
Ringkikannya di atas jalan kebenaran menguasai diriku….
Betapa banyak rasa rindu yang kubuang karenanya….
Inilah Al Mustanna, ia siram tanah negeri ini dengan darahnya….
Dan kedua matanya yang langsung menyaksikan berbagai peristiwa….
Ia tidak meminjam mata lain, atau bibir lain….
Dan kedua telinganya tidak mau mendengar penyesatan….
Wujudmu yang besar, wahai Baghdad, dilindungi oleh….
Pedang Al Mutsanna yang diterangi oleh cahaya kebenaran….
Cahaya diatas matahari di pagi hari….
Dan cahaya di atas purnama di sore hari….”.
Semoga Allah merohmati Musa bin Nashir, sang penakluk Maghrib dan yang merampungkan penaklukan Spanyol. Bagaimana ia bisa menang, ketika Khalifah bertanya kepadanya, “Apa yang kau jadikan pelindung dalam pertempuran dari urusan-urusan musuhmu?”
Musa menjawab, “Tawakkal dan berdoa kepada Allah, aku menempati sebuah lembah sembari menghadirkan rasa takut (kepada Allah) dan sabar. Aku berlindung dengan pedang dan tameng sembari memohon kepada Allah dan berharap kemenangan kepada-Nya”.
Khalifah berkata kepadanya, “Kalau begitu beritahu aku perihal bangsa Romawi?”
Ia berkata, “Mereka itu singa-singa kandang, lari mundur jika di atas kuda, seperti wanita di atas kendaraan. Jika melihat kesempatan mereka memanfaatkannya, jika melihat kemenangan seperti kawanan kambing yang pergi ke gunung-gunung, mereka tidak melihat kekalahan sebagai aib”.
Benar wahai Musa, tepat sekali perkiraanmu. Engkau menyebutkan sifat yang betul dan cerita yang benar. dan alangkah mirip antara malam dan gulita, alangkah mirip antara Amerika dan kaum Romawinya.
Maka demi Allah, tak mungkin Dia kan menterlantarkan kalian, wahai para Ghuraba’. Bagaimana mungkin Rabb kita akan menterlantarkan orang yang berjuang meninggikan kalimatNya dan menolong agama-Nya? Demi Allah, Allah tak kan menyia-nyiakan kalian sementara kalian telah keluar dihadapan musuh kalian dan kalian tinggalkan isteri dan anak-anak kalian. Allah tidak akan menterlantarkan kalian karena kalian telah meninggalkan kelezatan, syahwat, keluarga, dan tetangga kalian, karena keinginan kuat untuk meraih jannah Rabb kalian. Allah tidak akan menghinakan kalian karena kalian telah keluar berperang dalam rangka mencari keridhaan Allah, kalian berdakwah kepada Allah atas ilmu, memerintahkan yang ma’ruf, melarang yang munkar, sholat di malam hari dan puasa di siang hari, kalian sambung tali silaturrahmi dan kalian bela syariat Islam, kalian bela kemuliaan dan kalian perangi kehinaan. Maka selama kalian berada di atas kebenaran, bergembiralah. Demi Allah, Allah tak kan menghinakan kalian.
Dan kalian pasti akan kalahkan Amerika, demi Allah, kalian pasti akan mengalahkan Amerika walau setelah waktu yang lama, sampai nantinya Amerika berubah seperti “tahi lalat” pada “pipi” sejarah zaman.
Hiburlah diri kalian dengan sebuah riwayat dalam sejarah Nabi kalian, bahwa beliau pernah berkata kepada Ka’ab bin Malik: “Rabbmu tak pernah lupa pada sebuah bait syair yang kau ucapkan”.
Ka’ab berkata, “Apa itu?”. Rasulullah SAW bersabda, “Lantunkan wahai Abu Bakar”. Maka Abu Bakar berkata:
“Si dermawan mengira kan mengalahkan tuhannya….
Pasti tukang mengalahkan itu akan terkalahkan oleh yang maha menang….”.
Takutlah kepada Allah akan agama kalian, akan saudara-saudara dan diri kalian. Takutlah kepada Allah perihal akidah dan kehormatan kalian, jangan sampai islam di serang dari arah kalian, sebab perang dihadapan kalian adalah menentukan, pasukan sekutu kembali datang, musuh begitu terbakar semangatnya, maka semangat kita harus diasah dan tekad harus dibangkitkan menuju puncak ketinggian. Jangan sampai kerakusan mereka terhadap dunia mereka mengalahkan keinginan kuat kalian dalam menjaga agama kalian. Sesungguhnya kalian berada diantara dua kebaikan: Syahid mendapatkan rezeki atau kemenangan yang dekat.
Teriakkan dari hati terdalam kalian:
“Dan aku tak kan pernah berdamai dengan kalian….
Selama aku masih punya kuda….
Dan jariku masih memegang pedang dengan erat….
Inilah seruan dari lubuk hatiku yang paling dalam:
Kepada singa-singa di Baghdad dan Al Anbaar….
Kepada para pahlawan di Diyala dan Samarra….
Dan kepada singa-singa di Mosul dan Syamal….
Bersiaplah selalu untuk berperang. Tajamkan pendengaran kalian. Tajamkan penglihatan kalian! Sadarlah selalu terhadap apa yang akan terjadi di sekeliling kalian. Hendaknya tangan kalian selalu berada pada pelatuk senapan, sebab dihadapan kalian terhampar sahara yang sepi, malam yang kelam dan kerusuhan yang sengit. Setelah itu, milik kalianlah kemenangan, dengan izin Allah, jika kalian bersabar dan mempertahankan kesabaran. Dan yakinlah dengan Allah. Bersabarlah, pertahankan kesabaran kalian, ber ribathlah, dan bertawakkalah kepada Allah agar kalian beruntung.
Lihatlah, api sudah mulai menyala di Irak, dan pijar panasnya akan semakin besar, dengan izin Allah, sampai pasukan Salib terbakar di Dabig.
Wahai pahlawan-pahlawan Islam di semua penjuru Irak….
Lihatlah, kekuatan kafir telah membidik kita dari satu arah dan telah menyiapkan jerat-jerat makar dengan bekerjasama dengan kaum pemecah belah dan munafik.
Untuk menghinakan kaum lelaki, memperkosa kesucian wanita, mengkangkangi kehormatan, dan meninggikan Salib di atas tanah kita dan di kolong langit kita. Maka janganlah kalian berkompromi dalam urusan agama kalian. Jangan dengarkan kata-kata manis bernada simpatik yang ingin mengendurkan kalian dari mati syahid atau kemenangan.
Jika dengan tikaman yang kita sarangkan pada musuh kita di sana sini mereka masih juga bersikeras, berkoar dengan penuh kesombongan bak bertempurnya singa, melecehkan masyarakat dan berlaku brutal, lalu bagaimana jika mereka memegang kendali kekuasaan di Irak dan kapal yang ia tunggangi melenggang mulus tanpa terjangan badai ombak?
Sungguh jika musuh kita menang, akan mereka rusak tanaman dan keturunan. Akan menjajah negeri dan tidak menjaga kekerabatan dan janji pada orang beriman, mereka mencari keridhoan kalian dengan mulut mereka padahal hatinya menolak dan mereka akan menimpakan kehidupan pahit kepada kaum muslimin.
“tak ada kata damai sampai kuda terjatuh oleh tombak dan serpihan daging ini ter……….
Maka katakanlah sebagaimana para pahlawan seperti kalian mengatakan, gembirakan selalu diri kalian karena tidur dan terjaga kalian semuanya bernilai pahala, insyaAllah. Para pahlawan itu mengatakan:
“Dikala para dermawan kikir, maka kami adalah tumbal bagi agama….
Di atas jalan ini para perwira berdendang dengan….
Kata-kata fasih berupa pengorbanan….
Kemenangan bisa diraih dengan darah, tombak dan baju besi….”
Setelah ini seluruh dunia harus tahu bahwa manhaj kami tak kenal keterbudakan dan tak rela dijual belikan di tempat tawar menawar. Dengan pertolongan Allah kami akan terus berjalan, walaupun jalan ini panjang dan kesukaran semakin berat. Walaupun pengkhianat semakin banyak. Permasalahannya jauh lebih besar lagi, sesungguhnya ini perihal Rabb semesta alam, perihal surga Firdaus.
Siapa yang tak bisa mendengar bunyi pena atau kata-kata menggema, maka harus diperdengarkan dengan hunusan pedang.
“Jika mulut ini bimbang, maka luka kami yang bicara….”
Sesungguhnya rahim yang telah melahirkan Khalid akan terus mengandung dan melahirkan yang semisal, walaupun arogansi kebathilan mendera.
“Sungguh kami adalah umat yang memiliki asal yang baik….
Pada akhlaknya tak terdapat aib atau penyimpangan….
Luka bisa saja membuatnya sakit, tapi tak mengguncangnya….
Kedua kakinya boleh terjepit belunggu, namun tak menjatuhkannya….
Jika mereka diserang budak-budak cemeti, hendaknya mereka yakin….
Bahwa kami akan usir mereka dari tempat mereka masuk….
Kebenaran adalah bekal kami memerangi kebathilan mereka….
Dan pedang adalah hujah kami jika memang perlu hujah….
Agresor dari Timur dulu menyerang, akhirnya tergulung….
Agresor barat melewati hal yang sama, dan akan tergulung juga….
Tak tersisalah mereka dan bekas-bekas negeri mereka….
Selain legenda yang dibumbui laknat-laknat….
Singa-singa takkan diam dengan luka yang dideritanya….
Selama masih bergerak darah iman di tubuh mereka….”
“Hai orang-orang yang beriman, jika kalian bertemu satu pasukan, maka teguhlah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kalian berhasil”.
“Dan Allah Maha menang atas urusan-Nya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
Wal Hamdu Lillahi Rabbil ‘Alamiin.