Senin, 05 Desember 2011

Kejahatan-Kejahatan yang Pernah Dilakukan Amerika (Siapakah Teroris yang Sebenarnya?)


DR. Muhammad Abbas, wartawan koran Asy-Syi‘b Al-Mishriyyah, seminggu setelah ledakan WTC, di dalam makalahnya menyebutkan besarnya kejahatan Amerika yang sudah lama dirasakan negara-negara di seluruh dunia. Beliau mengatakan : “Seorang wartawan Inggris yang lain memberi catatan dengan nada sinis: ‘Perang ini ~yakni perang Teluk melawan Irak~ adalah perang nuklir dengan semua maknanya.
Tentara-tentara marinir dan armada laut Amerika telah diberi perlengkapan berupa senjata-senjata nuklir taktis dan senjata-senjata canggih yang mampu menimbulkan kerusakan seperti kerusakan yang ditimbulkan senjata nuklir. Amerika juga menggunakan eksplosive berbahan bakar gas bernama Blu-82, ini adalah senjata yang beratnya mencapai 15.000 pound dan mampu membuat ledakan seperti reaksi nuklir yang membakar apa saja yang berada dalam radius beratus-ratus yard. (Selain digunakan di Vietnam untuk operasi “pembersihan hutan”, bom ini juga dipakai untuk membasmi kaum muslimin di Iraq dan Afghanistan –edt)
Gb 1 Bom Blu-82


Gb 2 Efek ledakan Blu-82

Yang lebih kejam dari itu adalah bom Uranium pemusnah yang digunakan pertama kali, dan itu adalah cara termurah dan paling biadab untuk membersihkan limbah dan stasiun-stasiun reaktor nuklir.
Tank-tank Amerika telah melepaskan sebanyak 6.000 misile uranium ini, sedangkan pesawatnya menembakkan sepuluh ribu butir. Statemen rahasia Badan Energi Atom Inggris mentaksir bekas yang ditinggalkan dari kekuatan sekutu di medan-medan pertempuran tak kurang dari 40 ton uranium mematikan.
Tambahkan lagi dengan penghancuran pembangkit nuklir di Iraq serta terminal-terminal pembangkit tenaga dan pabrik-pabrik kimia. Demikianlah bencana-bencana paling kejam dalam sejarah terjadi secara beruntun.
Sedangkan beberapa sumber barat mentaksir terdapat 800 ton debu dan atom uranium mematikan yang itu akan berdampak kepada polusi yang berhembus ke seluruh wilayah Semenanjung Arab selama jangka waktu cukup lama.

Debu Uranium

Udara, tanah dan sungai benar-benar terkontaminasi dengan bahan-bahan kimia yang mengerikan dari radiasi yang berpotensi menyebabkan penyakit kanker. Bencana ini akan terus berlangsung selama ribu tahun ke depan, anak-anak kecil bermain tanpa mengerti apa-apa dengan sebuah boneka yang terbuat dari misil-misile uranium ini, akibatnya adalah kematian yang lambat namun pasti. 
Kantor Pendudukan Amerika mengatakan, harapan hidup orang-orang Irak yang lelaki berkurang 20 tahun, sementara wanita berkurang 11 tahun dan setengah juta orang terancam mati karena terbunuh akibat radiasi kimia, cepat atau lambat. Dulu pernah terjadi perang pemusnahan yang membakar apa saja, dan Amerika menyambung serta meneruskannya hingga hari ini dalam bentuk embargo, yang mana tindakan barbarisme seperti ini terjadi sebelum dan sesudahnya.
Meneruskan tulisannya, ia berkata lagi : Sesungguhnya pemerintah Amerika adalah arsitek yang memelihara aksi pemusnahan masal yang masih saja berlanjut sejak beberapa tahun. Sedangkan jajaran eksekutif Amerika dengan sengaja dan dengan resolusi keras dan ketat telah melarang penyaluran bantuan kepada bangsa yang menghadapi kelaparan dan penyakit. Washingthon sendiripun tidak bisa mengelak dari fakta-fakta mengerikan ini.”
 Kemudian, seorang warga negara Amerika yang juga yahudi, yaitu Noam Chomsky menambahkan: “Sebenarnya di sana sudah ada cukup bukti untuk menuduh semua pimpinan Amerika sejak berakhirnya perang dunia II, bahwa mereka adalah para penjahat perang.”
Ramsey Clark, menteri peradilan Amerika sebelumnya, mengatakan, “Sesungguhnya aturan perundangan dan peradilan menundukan kekuatan hukuman-hukuman ini dan mengkatagorikannya sebagai tindak kejahatan.”
Hooke Stafter mengatakan : “Penulis (buku Agresi ke Irak, penerj.) sukses dalam merekam banyak dokumen serta mempresentasikannya dengan ungkapan emosional dan pedas, menyorotkan sinar kuat yang mempertontonkan pembantaian massal sebagai keganasan abad duapuluh ~yakni perang Irak~.”
Sementara penulis buku itu dengan lantang mengatakan : “Sesungguhnya saya merasa malu dan seolah tak berdaya dihadapan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintahanku serta orang-orang yang menyetujui pemusnahan massal bersamanya, mereka adalah orang-orang yang perasaannya lumpuh (tak berfungsi), dan orang-orang yang sudah tidak memiliki perasaan berdosa”.
Kemudian di Liberia, selama sembilan dasawarsa pertama, 150.000 orang terbunuh.
Sedangkan di Zaire, ribuan orang juga terbunuh. Setengah juta orang dipaksa meninggalkan tempat tinggal-tempat tinggal mereka dengan alasan pembersihan etnis (etnis cleansing).
Satu juta orang terusir di Sierra Laone, serta sekitar 60.000 orang mati sia-sia dalam peperangan dan kelaparan tahun 1990.
Di Angola, meninggal 20.000 orang ketika pemerintaham YUNITA di kotaQuito selama delapan bulan. Dan ini adalah kejadian yang sering terulang untuk kepentingan politik Amerika di Afrika yang tidak pernah terungkap.
Para petinggi militer di Indonesia membunuh satu juta orang penduduknya melalui anjuran, sambutan, fasilitas persenjataan dan program serta para pakar Amerika.
Di Afrika Selatan, lebih dari satu juta orang. Sejak dari Angola, Namibia, Angola dan Mozambik.
Negara Amerika yang lahir melalui pembersihan etnis (Indian, penerj.) dan pembataian massal, telah mengembangkan tekhnik pembersihan etnis dan pembantaian masal yang belum pernah ada cara seperti itu sebelumnya. Kebanyakan, kelihaian Washingthon dalam melakukan aksi pemusnahan massal berkembang ketika berlangsung perang dunia kedua dan setelahnya.
Sebelum berlalunya waktu yang lama, Washington telah menjalankan perang total, sehingga akhirnya Armada angkatan darat Inggris dan Armada angkatan Udara pasukan Amerika menjadi dua kelompok penjaga pemboman strategis. Keduanya berhasil menjalankan percobaan tekhnik peluluhlantakan yang luas terhadap kota-kota menggunakan bom-bom pembakar (incendiary bomb).
Dan Jendral George Marshall, komandan staf, memerintahkan kepada para krunya di lapangan untuk menjalankan program serangan-serangan api yang membakar kuil-kuil kayu dan daun dari kota-kota di Jepang yang padat pemukiman. Di suatu malam, Armada udara Amerika menerbangkan sejumlah 334 pesawat meluluhlantakan area sepanjang 16 mil persegi sejak dari Tokyo dengan menjatuhkan bom-bom pembakar. Tercatat 100.000 orang tewas terbunuh dan satu juta orang harus terusir.

Serangan Amerika atas Tokyo 1945


                              Korban terbakar, seluruhnya warga sipil

Jendral Crish Lomay mengamati dengan santai, bahwa kaum pria, wanita dan anak-anak Jepang hangus terbakar dan mereka benar-benar direbus dan dioven hinga mati. Suhu panas saat itu memang sangat tinggi, sampai-sampai air di selokan-selokan turut mendidih, pagoda-pagoda dari tembaga meleleh, manusia hancur lebur terkena jilatan api.
Ada sekitar 64 kota di Jepang yang mengalami kejadian seperti ini. Belum lagi berbicara mengenai Hiroshima dan Nagasaki yang juga mengalami serangan seperti ini. Salah satu prediksi mentaksir angka sekitar 400.000 menjadi korban dengan cara seperti ini. Ini hanya pemanasan dari operasi pemusnahan yang dilakukan Amerika melawan negara-negara lain yang belum sempat mengancam Washingthon.
Antara tahun 1952 hingga 1973, Amerika menyembelih sekitar sepuluh juta orang China, Korea, Vietnam, Laos dan Kamboja.
Salah satu prediksi melansir terbunuhnya dua juta orang Korea Utara ketika meletus perang Korea. Mayoritas terbunuh dalam pembakaran melalui serangan bom di Pyong Yang serta kota-kota utama lainnya. Ini mengingatkan kita kepada serangan yang membakar Tokyo (prediksi maksimal ada 3 juta etnis China terbunuh).
Jendral Emit Odd Niels, panglima staf persenjataan rudal pasukan udara di Timur Jauh dalam  jumpa pers menyatakan bahwa semenanjung Korea hampir seluruhnya dalam kondisi sangat mengenaskan. Sebab, semuanya hancur dan tidak ada satu bendapun yang layak disebut berdiri. Dan bahwa masuknya altileri China ke Korea secara tiba-tiba untuk menghalangi Mach Arthur menyeberangi Sungai Kuning menuju China telah memberikan kesempatan baru bagi bom-bom Amerika untuk melakukan pembunuhan masal.” Katanya lebih lanjut, “Kami tidak punya tugas apa-apa hingga pasukan China datang, sebab sudah tidak ada lagi target di Korea.” (Dikutip dari rekaman jumpa pers). Sebentar kemudian, tak lebih dari sepuluh tahun, Vietnam, Laos dan Kamboja takluk dengan perlakuan yang sama.
Seorang pendeta Budha Chets Tsin Ho menyebutkan, setelah setengan tahun berlalu tahun 1963, perang Vietnam mengakibatkan terbunuhnya 160.000 ribu orang, 700.000 orang menerima penyiksaan dan menjadi cacat, 31.000 wanita diperkosa, dan 3000 orang ususnya dikeluarkan dalam keadaan hidup-hidup, 4.000 lainnya dibakar hingga mati, 1.000 tempat ibadah dihancurkan. Dan perang itu telah menyerang 46 desa dengan bahan-bahan kimia beracun...dst.
Serangan Amerika ke Hanoi dan Haifung ketika berlangsung perayaan-perayaan natal dan di tahun 1972, menyebabkan lebih dari 30.000 anak kecil terkena penyakit tuli seumur hidup. Pasca meletusnya perang, Amerika berduka dikarenakan hilangnya 2497 tentaranya (menurut salah satu prediksi), keluarga-keluarga rakyat Vietnam harus beradaptasi atas hilangnya 300.000 orang. Barangkali, jumlah korban meninggal di Vietnam mencapai 4 juta orang, belum lagi jutaan orang lainnya yang menganggur dan menderita kebutaan, benturan dan cacat. Vietnampun menjadi negeri yang penuh dengan kuburan, orang-orang yang kehilangan anggota badannya, tanah-tanah beracun, anak-anak yatim dan cacat.
                             Korban bom Amerika di Vietnam
       Anak-anak tak berdosa ini lahir pasca 30 tahun operasi Agent Orange

Barangkali, jumlah orang-orang yang mati dan cacat sebagai  korban ideologi barat mencapai 22 juta orang. Hanya saja bencana Amerika disebabkan “Penyakit Vietnam” tidak ada hubungannya dengan hal itu.
(Operasi Agent Orange: Agen Oranye dan "Super Oranye" adalah julukan yang diberikan untuk herbisida dan defolian yang digunakan oleh Militer Amerika Serikat dalam peperangan herbisida (herbicidal warfare) selama Perang Vietnam. Dalam peperangan herbisida tersebut, sejumlah herbisida termasuk Agen Oranye digunakan dengan maksud untuk menghancurkan produksi bahan pangan dan pepohonan yang dijadikan sebagai tempat bersembunyinya musuh. Agen Oranye digunakan dari 1961 hingga 1971, dan di antara semua yang disebut "herbisida pelangi" yang yang paling berbahaya, yang digunakan dalam program ini. Degradasi Agen Oranye (maupun Agen Ungu, Merah Jambu, dan Hijau) melepaskan dioxin, yang dituduh telah membahayakan kesehatan mereka yang terpaparkan pada masa Perang Vietnam. Agen Biru dan Putih adalah bagian dari program yang sama tetapi tidak mengandung dioxin. Studi tentang penduduk yang terpapar dioxin, meskipun tidak harus Agen Oranye, menunjukkan meningkatnya risiko berbagai tipe kanker dan cacat genetis).
Sesungguhnya darah rakyat Korea, Vietnam, Laos dan Kamboja bukan satu-satunya yang melumuri tangan-tangan Amerika yang tidak mungkin dihapus begitu saja. Amerika serikat turut bermain, baik langsung maupun tidak, dalam aksi penyiksaan, pencacatan dan pembunuhan di banyak negara lainnya di seluruh dunia. Di sana jelas sekali persekongkolan Amerika Serikat dalam pembantaian-pembantaian di Indonesia dan perang melawan para pemberontak Amerika tengah (Nikaragua, AlSavador, Guetemala dan Honduras: ratusan ribu lainnya terbunuh melalui persenjataan, pelatihan dan saran dari orang-orang Amerika serta perwakilan Amerika) dalam kerusuhan antar warga sipil di Amerika (konflik berdarah di Angola, Mozambique, Namibia dan yang lainnya) pada aksi tekanan yang dilakukan para thaghut yang disupport oleh Amerika selama puluhan tahun (Somoza, Pinochet, Marcos, Mobutu, Batista, Diem, Key, Riy, Debayle, Soeharto, Savimbi dan diktator-diktator kelas dunia lainnya).
Di sana ada satu contoh dari banyak contoh: pembantaian yang dilakukan pasukan hasil pelatihan Amerika serikat di Eluzuti tahun 1982, terhadap sekitar 1.000 petani pedalaman, 139 di antaranya masih kanak-kanak serta pembunuhan pasukan Amerika yang dilatih di Guatemala terhadap lebih dari 150 ribu petani antara tahun 1966 hingga 1986.” --Selesai sampai di sini laporan DR. Muhammad Abbas--. (Doen Fachry/acehloen-sayang.co.cc)
Share on :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright Aceh Loen Sayang 2011