Tentara Jerman menyapu Eropa Barat dalam Perang Dunia II dengan Blitzkriegnya bahkan mencapai pantai Perancis maka tidak ada bagi tentara Wehrmacht dan kekuatan SS kecuali untuk menemukan rencana ambisius untuk menyeberangi Selat Inggris dan mencapai pantai Inggris dan menginvasi Kerajaan Inggris di negeri mereka sendiri, pada waktu itu Perdana Menteri Inggris Churchill menyalakan cerutu demi cerutu ketika ia mencoba untuk menjawab pertanyaan yang paling penting pada waktu itu: apa yang dibutuhkan Hitler sehingga mampu menginvasi Pulau Britania Raya?
Setelah diskusi hangat dengan penasihat militer bersama dengan realitas pemahamannya tentang mentalitas tentara Jerman, Churchill mencapai suatu keputusan strategis berdasarkan gagasan bahwa Jerman akan mampu mendarat di pantai Inggris hanya setelah mereka mampu menghancurkan Angkatan Udara Inggris sepenuhnya karena itu merupakan satu-satunya bahaya yang mengancam pasukan pendaratan Jerman itu sendiri, oleh karena itu British Council of War memutuskan untuk memanfaatkan semua sumber daya dalam negeri dan di koloni-koloni untuk memperkuat Royal Air Force sebagai baris terakhir pertahanan untuk menentukan jatuh dan tidaknya Inggris, pada saat itu komandan dari Angkatan Udara Jerman Goering (Sea Lion) melaksanakan operasi yang keras untuk mengontrol wilayah udara Inggris, membenarkan perkiraan Churchill dan penasihatnya! Oleh karena itu Churchill berkomentar mengenai hal ini, yang maknanya. Jika saja terjadi konsensus di antara kita dan Jerman mengenai solusi politik, seperti konsensus yang terjadi antara kami dalam langkah-langkah strategis di sini maka perang tidak akan terjadi!
Kita sekarang di tahun kesepuluh perang, terbetik dalam benak saya posisi mantan Perdana Mentri Churchill dan saya minum kopi. Cangkir demi cangkir dalam upaya untuk menjawab pertanyaan yang paling penting dalam perang kita dengan Aliansi Zionis Salibis : Bagaimana mengakhiri perang ini? Dan dalam bentuk apa?
Pada awalnya saya pikir kita harus meninjau ulang perang yang paling penting yang terjadi pada kelompok jihad kontemporer saat ini untuk lebih mendekati pada jawaban atas pertanyaan ini, dalam jihad Afghanistan melawan Rusia, perang terus berlangsung selama sepuluh tahun sedangkan Rusia tidak mundur kecuali hanya setelah mereka menyerahkan pemerintahan kepada Partai Komunis dan pemimpinnya, Najib, yang kemudian mengubah namanya menjadi rona islam Najibullah, mereka menghiasinya dengan islam untuk beradaptasi dengan realitas Afghanistan yang tetap berpegang teguh pada Islam padahal komunisme melakukan peperangan dan penolakan terhadap agama islam! Ketika Kabul jatuh di tangan Partai-partai Afghanistan, Amerika mengintervensi dengan segala dayanya untuk mengendalikan pemerintah Mujahidin melalui Pakistan, Arab Saudi dan partai-partai yang loyal pada mereka. Kemudian mereka mulai memasukkan unsur-unsur nonjihadi dan bahkan dari luar Ahlu Sunnah (Sunni) juga! Sehingga terjadi perang Saudara, maka ini adalah akhir yang indah dan diridhai bagi Amerika dan negara-negara besar.
Sedangkan di Bosnia dan Herzegovina pembantaian Serbia terhadap Muslim terjadi secara teratur tetapi kemenangan Mujahidin di Banilloka dan sebelumnya membuat lonceng alarm berdentang keras di jantung Eropa dan membuat AS memberikan tekanan pada semua pihak untuk menandatangani kesepakatan Dayton yang menghentikan perang dan mengusir Mujahidin Arab dari permainan! Dalam masa perang Chechnya pertama Rusia menyerah atas hasil perang dan menarik pasukannya tanpa mengakui kemerdekaan Chechnya sama sekali.
Akan tetapi Rusia kemudian kembali dalam invasi militer yang sama setelah mengkaji kesalahannya dalam perang pertama dan setelah mereka selama periode ini mempelajari setiap sudut dan celah di Chechnya. Adapun perang di Kashmir, pada hakekatnya tunduk pada perwalian Pakistan dan sangat dipengaruhi oleh situasi perang dan damai dengan India. Perang disana tidak membentuk bahaya yang mengancam sistem internasional oleh karena itu perang ini keluar dari perhatian internasional. Adapun perang gerilya yang terjadi di Suriah, Aljazair dan Mesir, negara-negara besar merasa cukup dengan memberikan dukungan bagi pemerintahan lokal untuk menindak gerakan jihad.
Dari sisi ini kita bisa memahami bahwa solusi dan jalan keluar, yang berusaha diwujudkan oleh negara-negara besar dalam peperangannya dengan kita berkisar antara kontrol wilayah dan memicu krisis internal permanen seperti dalam perang Afghanistan pertama dan konvensi yang menjamin keluar unsur yang tidak diinginkan, seperti yang terjadi di Dayton serta kembali ke solusi militer, seperti yang terjadi di Chechnya. Inilah solusi yang paling tampak untuk mengatasi kondisi yang dihasilkan dari perang. Dengan ini kita sekarang dapat mendekati pemahaman kebijakan yang mengatur pandangan Barat dan Kekuatan Besar terhadap kita.
Ada beberapa rezim yang memusuhi Barat, walaupun sebenarnya Barat lebih menyukai keruntuhannya, akan tetapi ada kemungkinan bisa hidup berdampingan dengan mereka seperti Iran, Kuba, Korea Utara, Suriah, Hizbullah, Hamas. Ada pula sistem lain yang memusuhi Barat yang tidak mungkin bagi Barat untuk hidup berdampingan dengan mereka dalam kondisi apapun yang mereka selalu bekerja untuk keruntuhan Barat dan kita termasuk bagian yang kedua ini. Perbedaan antara dua kubu kembali kepada bahwa kubu pertama meyakini legitimasi internasional dan berpartisipasi dalam keanggotaan lembaga mereka sebagaimana mereka merujuk kepada legitimasi internasional dalam sengketa apapun dan hal ini baik untuk Barat, sehingga mereka dapat mengelola konflik dengan rezim-rezim tersebut melalui kontrol lembaga-lembaga internasional seperti Dewan Keamanan PBB dan Badan Energi yang pada akhirnya akan melemahkan dan menundukkan rezim-rezim tersebut!
Berbeda dengan kelompok jihad yang mereka tidak percaya pada lembaga-lembaga tersebut dan tidak bisa hidup berdampingan dengan tanpa merujuk kepada lembaga-lembaga tersebut. Barat menyadari hal ini dan juga menyadari bahwa perhatian kelompok jihad saat ini tidak hanya tertuju pada daerah-daerah konflik tetapi lebih jauh dari hal itu, seperti meruntuhkan rezim antek barat yang berkuasa dan menghapus ketidakadilan terhadap minoritas Muslim di seluruh dunia, bahkan para pemikir Barat sangat memahami bahwa kelompok jihad saat ini tidak akan berhenti sampai seseorang dari mereka keluar dari Gedung Putih untuk membayar jizyah kepada kita!
Oleh karena itu, tidak ada titik temu apapun antara kedua belah pihak. Penggulingan Imarah Taliban di Afghanistan dan Pengadilan Islam di Somalia adalah bukti yang paling jelas terhadap hal itu. Padahal mereka tidak terlibat dalam perang dengan Amerika, akan tetapi sibghah (celupan) Islam dan kehadiran kelompok jihad dalam elemen utama mereka menjadikan keduanya masuk pada kubu kedua yang harus diruntuhkan dengan harga berapapun. Maka Imarah Taliban dilengserkan dengan alasan Al-Qaeda dan Pengadilan Islam di Somalia dilengserkan tanpa alasan Al-Qaeda. Sungguh Maha Benar Allah Yang Maha Agung ketika berfirman :
“Dan mereka tidak berhenti memerangi kamu sampai mereka mengeluarkan kamu dari agama kamu jika mereka mampu”. [Qs. Al-Baqarah : 217]
Jadi sampainya kelompok jihad kepada tampuk kekuasaan dianggap sebagai situasi yang luar biasa yang mengharuskan sistem internasional (negara-negara Centre - Sekutu - pengikutnya) bekerja untuk menghancurkannya atau mengontrolnya dengan cara yang tidak membuat mereka berbahaya bagi kepentingan negara- negara besar .
Sekarang kita tinggal memperhatikan pada jalannya perang yang saat ini mendekati akhir, setelah pengumuman penarikan mundur pasukan AS dari Irak dan jadwal untuk penarikan mundur pasukan NATO dari Afghanistan, dan setelah istilah perang terhadap terorisme tidak digunakan lagi serta tanda-tanda lain yang menunjukkan berakhirnya perang. Kemudian kita menghubungkan hal itu dengan model perang-perang sebelumnya untuk mendekati skenario yang paling dekat dengan akhir perang.
Dengan memperhatikan jalannya perang secara umum, kita dapat mengatakan bahwa perang dimulai pada tanah Afghanistan dengan operasi yang bengis dan terburu-buru, kemudian perang salib berpindah ke Irak. Di sana perang salib mulai mereda sedikit demi sedikit di tangan para mujahidin. Pada saat itu juga medan perang meluas meliputi Jazirah Arab, Maghrib, Somalia, Pakistan dan tempat lain. Kemudian muncul strategi Obama untuk kembali ke Afghanistan dan keluar dari Irak dengan harga apapun setelah ribuan tentaranya terbunuh dan terluka, dan setelah perekonomian AS terkuras habis dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya - lihat buku perang tiga ribu miliar yang dikarang Profesor Stiglitz dan Linda Bilmes -.
Kembali ke Afghanistan dipandang oleh pemerintah AS sebagai jalan keluar yang anggun dari perang melawan terorisme, yang sejauh ini merupakan perang terpanjang dalam sejarah Amerika. Bagi yang memperhatikan jalannya perang dapat mengambil kesimpulan bahwa perang dimulai dengan rencana Amerika.
Pada langkah pertamanya di Afghanistan dan yang kedua di Irak dan kemudian sisa langkah-langkah dan poin-poin perang memaksa Amerika dan petinggi-petinggi Pentagon terjebak di dalamnya! Sampai draft untuk kembali ke Afghanistan sebagai jalan keluar dari perang datang pada tempat dan waktu yang tidak tepat. Keputusan untuk keluar dari Irak diambil sebagai jalan keluar dari dilema dari front yang berdarah disana setelah mencukupkan diri dengan adanya pangkalan militer untuk memastikan kepatuhan dengan kesepakatan keamanan dan perekonomian dengan pemerintah Irak. Keputusan untuk kembali ke Afghanistan diambil berdasarkan pertimbangan lemahnya front Afghanistan pada waktu itu - dibandingkan dengan front Irak - dan kesesuaiannya dengan draft Obama untuk keluar dari perang dengan anggun. Akan tetapi kenyataan nya telah berubah seratus delapan puluh derajat, Amerika keluar dari Irak setelah front disana melemah dan pergi ke Afghanistan setelah front mujahidin semakin menguat maka mereka seakan-akan berlindung dari teriknya panas kepada Api!
Ini berarti bahwa keluarnya NATO dari Afghanistan tidak akan semudah yang direncanakan, dan hal ini telah menjadi jelas sejak awal diluncurkannya Operasi AL Fath oleh Taliban sehingga mereka mampu menguasai wilayah terbuka di provinsi Nuristan. Ini adalah tahap akhir perang gerilya yang berpindah dari metode “hit and run” menuju pemerintahan rimba yang memiliki kontrol penuh terhadap sebagian wilayah. Dengan demikian Afghanistan menjadi mimpi buruk kedua setelah mimpi buruk dari Irak. Yang dibuktikan dengan perkataan menteri pertahanan Prancis pada pertemuan terakhir NATO ketika ia berkata : Afghanistan adalah perangkap yang telah memikat pasukan NATO!
Saya ingin menunjukkan permasalahan yang sangat penting di sini yaitu bahwa setiap perang memiliki titik kejatuhan bersamanya dimulai kejatuhan satu pihak secara berangsur-angsur ke jurang kekalahan dan titik kejatuhan dalam perang ini adalah pada front Irak, yang bersamanya dimulai kejatuhan perang salib, khususnya dalam tahun-tahun keemasan kegiatan militer pada tahun 2004 - 2005 - 2006 -. Jika kita anggap peta dunia sebagai peta militer, kita akan mengatakan secara jujur bahwa front ini lebih dari cukup sebagai bukti kejatuhan perang salib. Dalam tinjauan sejarah militer, kita menemukan bahwa ada front yang mematahkan persatuan, kekuatan, dan moralitas musuh dan kemudian front lain datang untuk menanamkan modal dan menuai hasilnya seperti yang terjadi dalam Perang Dunia II, ketika serangan Jerman terpatahkan dalam pertempuran El Alamein dan Cyrenaica di Afrika Utara dan kemudian kedua front, timur dan barat Eropa memetik hasilnya dengan kekalahan Jerman.
Maksudnya bahwa perang adalah satu set poin yang dimenangkan oleh siapa saja yang bisa mengumpulkan jumlah terbesar yang kemudian diinvestasikan untuk memaksakan keinginannya atas lawannya pada adegan terakhir. Karena itu, adanya bagian yang terisolasi di Irak tidak berarti kemenangan ada pada salah satu pihak karena Irak adalah teater dari teater-teater perang yang kita telah keluar darinya dengan hasil yang melebihi dari apa yang kita impikan dan karena momentum perang telah pindah ke arena lain di mana nama pemenang akan ditentukan oleh sifat kemenangannya. Hal yang demikianlah yang harus diperhatikan dalam peperangan dan dengan demikian jalannya perang dipahami!
Jadi apa yang dicari oleh Amerika sekarang adalah menjaga apa yang ada di tangan mereka walaupun dengan itu mereka membuang semua saham yang mereka miliki dalam beberapa tahun terakhir ini. Akan tetapi hal itu tidak berguna karena tanda-tanda berakhirnya perang-perang sebelumnya telah terjadi di Afghanistan tidak berhasil salah satu dari mereka untuk menemukan solusi dari situasi direktur dan ketertiban. Solusi militer tidak berhasil dengan kesaksian para pemimpin NATO, begitu juga memicu perpecahan dan krisis internal serta pembagian Taliban moderat dan ekstrim tidak menghasilkan manfaat apapun. Padahal Arab Saudi dan Pakistan telah ikut campur dalam rencana ini dengan segala daya. Maka penarikan tentara NATO yang mengandalkan rezim Karzai untuk menjaga keamanan tidak akan lebih daripada pengulangan penarikan tentara Rusia yang mengandalkan rezim Najibullah padahal Rusia telah meninggalkan ribuan ahli militer untuk memperkuat pemerintahan, tetapi hal itu tidak mencegahnya dari keruntuhan!
Maka tidak ada jalan lain bagi Amerika kecuali menemukan metode baru tanpa contoh sebelumnya untuk menyelesaikan permasalahan Afghanistan! Ini akan menjadikan mereka -menurut pendapat saya- untuk menggunakan versi interim untuk menyelesaikan permasalahan Afghanistan, dan mungkin Somalia adalah contoh yang paling dekat dalam hal ini. Amerika telah berhasil menggulingkan pemerintahan Pengadilan Islam oleh invasi Ethiopia. Amerika mengambil alih operasi udara dan melakukan pemboman pada beberapa daerah seperti Kamboni dan lain-lain kemudian Amerika membentuk pemerintahan Abdullah Yusuf lalu pemerintahan Sheikh Sharif Ahmed yang didukung oleh pasukan Uni Afrika sebagai katup pengaman bagi rezim setelah kemunculan Harakah Syabab Mujahidin, yang memaksa Ethiopia untuk menarik pasukannya dan memaksa pasukan Uni Afrika untuk bertahan pada wilayah yang sempit di ibukota Mogadishu. Di sini Amerika Serikat mendapati bahwa dirinya mengalami kegagalan militer dalam usahanya menghancurkan kekuatan mujahidin dan gagal dalam usahanya memecah belah persatuan Islam melalui tangan Sheikh Sharif dan gagal dalam draft Kebangkitan Somalia melalui tangan Jama'ah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Maka tidak ada langkah yang tersisa bagi Amerika kecuali menjaga apa yang dimilikinya, oleh karena itu para petinggi Pentagon terpaksa mengambil sebuah kebijakan yang dikenal sebagai kebijakan “Stabilisasi Kondisi / تثبيت الموقف”. Yaitu dengan cara mengkoordinasikan kekuatan militer dan keamanan pasukan pemerintah Somalia dan kendaraan lapis baja Uni Afrika didukung dengan serangan udara dan bombardemen oleh armada Angkatan Laut Amerika Serikat dari lepas pantai Somalia. Strategi ini terbukti efektif sejauh ini dalam mempertahankan hampir seperempat dari ibukota Mogadishu, yang meliputi istana presiden, bandara dan pelabuhan di tangan pemerintah Sharif Ahmed.
Saya percaya bahwa inilah strategi yang akan digunakan oleh Amerika untuk mengamankan posisinya di Afghanistan dengan cara mengkoordinasi kekuatan militer dan keamanan tentara Afghanistan sedangkan pasukan NATO bermarkas di Kabul, di dukung penuh dengan serangan udara dan dukungan teknis dari Angkatan Udara Amerika Serikat yang take off dari Pangkalan Udara Bagram yang yang berbatasan dengan Kabul. Dengan cara ini ibukota Kabul dapat bertahan walaupun wilayah Afghanistan yang lain jatuh ketangan Taliban, seperti yang terjadi di Somalia. Adapun manfaat dari strategi ini adalah dapat mencegah Taliban untuk mendapatkan kemenangan mutlak walaupun secara sementara.
Karena ibukota Kabul tetap berada di tangan Karzai dengan adanya bantuan serangan udara, yang akan mencegah Taliban membentuk pemerintahan seperti sebelumnya. Strategi sementara lagi murah ini berguna untuk memberi politisi Gedung Putih napas yang lebih panjang untuk menemukan alternatif strategi lain yang permanen untuk mengatur status terakhir Afghanistan. Saya percaya –wallahu a'lam- bahwa rencana alternatif ini akan datang melalui tangan Pakistan jika situasi mendatang mendukung kembalinya Nawaz Sharif, yang didukung oleh kelompok-kelompok Islam ke tampuk kekuasaan. Dimana susunan kabinet pemerintahannya termasuk didalamnya mantan ketua intelijen Hamid Gul, seorang kolega dekat Taliban. Dari celah ini akan memungkinkan bagi AS untuk memulihkan ketenangan dan stabilitas dalam negeri Pakistan setelah mengalami situasi panas pada era Pervez dan Zardari. Dan saya percaya bahwa itu akan mengharuskan Nawaz Sharif mengambil tiga kebijakan penting, yang pertama menarik dukungan Pakistan dalam perang melawan terorisme, yang kedua memberikan hak untuk menerapkan syariat islam.
Yang kedua adalah keberhasilan pasukan Taliban menghancurkan kekuatan militer rezim Kabul yang sangat bergantung pada kehadiran Pangkalan Udara Bagram. Strategi militer apapun untuk mengancurkan pangkalan militer ini atau blokade total dengan menggunakan berbagai senjata anti-pesawat yang efektif. Strategi militer apapun yang dikembangkan dengan taktik yang tepat, Insya Allah akan mengakibatkan dampak yang kuat untuk menghancurkan kekuatan utama militer rezim Karzai. Situasi ini mirip dengan apa yang terjadi pada akhir perang Vietnam, ketika Jenderal Giap dari Vietnam melakukan pengepungan sejumlah pangkalan militer AS di wilayah ini - Khee San - menggunakan berbagai persenjataan tersembunyi dan senjata anti pesawat, jenderal terbaik yang menggunakannya dalam pengepungan pangkalan militer.
Oleh karena itu, periode ini adalah periode paling sensitiv yang sampai ke titik Presiden Nixon turun tangan dengan memerintahkan untuk membuat model pangkalan Amerika yang terkepung di Khee-San di halaman belakang Gedung Putih agar mengetahui realitas yang sebenarnya dan memerintahkan untuk melakukan gencatan senjata dengan para komandan militer disana dengan syarat pangkalan Amerika tersebut tidak jatuh, namun pada akhirnya jatuh juga! Hal inilah yang mengakibatkan dampak yang begitu mendalam bagi Amerika sehingga mereka meninggalkan Vietnam setelah mereka meninggalkan pemerintahan - Teo – yang setia kepada mereka untuk jatuh di tangan pasukan Vietkong dan tentara Vietnam Utara.
Kembali ke adegan Afghanistan, jelas bagi kita bahwa Amerika memutuskan untuk menarik pasukannya sesuai dengan strategi Obama pada tahun 2011 dan kemudian penarikan tentara NATO – yang sangat penakut – pada rentang waktu antara tahun 2011 dan 2014, sesuai dengan keputusan NATO yang terakhir. Saya percaya bahwa Amerika akan tetap mempertahankan salah satu pangkalan militer mereka di Afghanistan ditambah dengan adanya dukungan Amerika yang beroperasi melalui basis Pakistan sesuai dengan teori menstabilkan situasi, yang akan mencegah Taliban dan Al-Qaeda mendapatkan kemenangan seperti yang kita katakan. Jika kita perhatikan secara serius skenario yang akan terjadi ini, adalah penting untuk mengembangkan teori yang mengcounter teori menstabilkan situasi dan penghapusan manifestasi kemenangan. Saya percaya bahwa untuk memecahkan teori ini memerlukan kerja kita tidak hanya untuk menghancurkan Pangkalan Udara Bagram, kita juga harus bekerja untuk menunjukkan manifestasi kemenangan.
Ini adalah seni yang membutuhkan kejeniusan dalam media dan sarana propaganda lain. Kita, misalnya ketika kita menekan secara militer teori menstabilkan situasi, kita akan membutuhkan waktu yang lama untuk memetik hasilnya, apalagi jika teori ini kuat dan fleksibel tentu kita akan membutuhkan lebih banyak waktu. Politisi dan petinggi Amerika mampu menanggung kerugian ringan dan menengah selama kerugian ini tidak diumumkan dan Pangkalan Udara Bagram jauh dari sorotan media sehingga memungkinkan mereka untuk melakukannya. Sebagai pembanding misalnya adalah bom pinggir jalan yang menghancurkan kendaraan AS kemudian disebarluaskan oleh media adalah lebih baik daripada roket yang jatuh pada pangkalan yang jauh (yang kemudian disebarluaskan oleh media). Karena yang pertama akan meningkatkan tekanan publik Amerika, yang akan bertanya-tanya: sampai kapan kita terbunuh di sana? Kenapa kita tidak mundur saja?
Adapun yang kedua tidak akan membebani Amerika kecuali hanya sekedar perbaikan pangkalan yang terkena dan beberapa kalimat belasungkawa bagi prajurit yang mati atau terluka!
Skenario yang akan terjadi menunjukkan Amerika akan bermarkas di Bagram dan tidak akan keluar kecuali untuk melaksanakan misi-misi udara. Kita tidak akan menemukan tentara Amerika bertebaran di jalan-jalan yang kemudian tidak akan keluar berita di media tentang kematian militer AS dan ini persis dengan apa yang terjadi di Somalia sekarang! Dengan ini tampaklah kebutuhan akan suatu teori yang menayangkan kesan umum bahwa kita sekarang berada di ambang terakhir kemenangan tanpa perlu mengumumkan kemenangan akhir, karena kemenangan akhir tidak akan terjadi kecuali setelah pembukaan Kabul. Manfaat dari tayangan ini tidak hanya terbatas untuk mematahkan semangat musuh dan menampilkan gambar dan warna kekalahan hari demi hari, namun juga akan mempengaruhi opini di tingkat regional dan internasional sehingga akan mengubah opini seluruh dunia terhadap kita yang selanjutnya akan menganggap kita sebagai pemenang tanpa kita mengumumkan kemenangan secara resmi !
Strateginya di sini tidak terbatas dan terbuka bagi pemegang kebijakan untuk memilih adegan dan situasi yang tidak dapat diterjemahkan kecuali bahwa kita menang di sana dengan tayangan yang paling bisa memberikan kesan bagi yang menyaksikannya yang kemudian memberikan kesan umum tentang peristiwa yang terjadi. Saya sebutkan di sini dua kondisi dari perang di Afghanistan dan Irak, ketika Kabul jatuh dan pasukan AS mendarat di Pangkalan Udara Bagram, pertempuran masih menyala-nyala di wilayah lain, hanya saja Amerika sudah mulai bertingkah seakan-akan perang telah berakhir.
Saya masih ingat siaran rekaman - CNN – tentang tentara AS di Kabul yang berbicara dengan pacarnya di Amerika yang tampak pada sebagian layar mengajaknya menikah dengannya di udara saat itu juga dengan gaya bahasa yang membekas diperasaan sebagaimana kebiasaan mereka. Padahal ini tidak lebih dari sebuah gerakan Hollywood dan perang psikologis bagi mereka yang mengerti, hanya saja bahwa adegan itu sangat membekas pada pikiran penonton daripada keterangan militer. Bahkan tidak hanya mempengaruhi penonton biasa, saya pada waktu itu berada diantara orang-orang yang ditempatkan di sekitar daerah pertempuran, saya merasa kecewa dan frustrasi oleh adegan tersebut karena adegan tersebut betul-betul mempengaruhi dan meyakinkan saya bahwa perang betul-betul sudah berakhir, tidak ada gunanya lagi apa yang kau lakukan!
Kondisi kedua adalah ekstensi dari strategi (shock dan kagum) dalam invasi Irak, yang dianggap sebagai strategi militer terbaik, yang didasarkan terutama atas dasar psikologis. Yang menjadi perhatian kita di sini adalah bahwa militer AS ketika menetralkan kota-kota Irak dalam usahanya menerobos ke jantung ibukota Baghdad tidak membuang waktu dalam pengepungan ibukota untuk menangkap Saddam Hussein, yang pada waktu itu fansnya sedang memberi salam di Adhamiya, atau melakukan penyisiran kota. Akan tetapi menuju langsung ke Lapangan Firdaus dengan beberapa kendaraan lapis baja untuk bergabung dengan beberapa prajurit bayaran berpakaian sipil dalam penggulingan patung Saddam dalam sebuah adegan yang bersemangat yang memperlihatkan kepada kita semua proyeksi psikologisnya. Meskipun banyak dari kamp-kamp militer tentara Irak masih ditempatkan barat dan utara dan timur Baghdad, akan tetapi adegan jatuhnya patung dan adegan tentara Amerika melepas helm militer dari kepala mereka dan duduk tenang dan nyaman di tengah kerumunan orang-orang yang bersuka ria di Lapangan Firdaus.
Adegan yang dipelajari secara teliti yang diproduksi dan ditayangkan dengan normal untuk disiarkan oleh saluran televisi satelit memberikan kesan kepada semua orang bahwa perang telah berakhir, telah mengakibatkan runtuhnya semangat juang dari sisa sisa tentara Irak dan Pengawal Republik. Adegan-adegan ini bukanlah hasil lukisan tangan militer tetapi hasil penelitian psikolog ahli di kalangan Bimbingan Moral tentara Amerika. Amerika benar-benar peduli terhadap aspek ini. Kalau kita mencari dalam sejarah perang Amerika, kita akan menemukan semua hal tersebut! Karena mereka percaya bahwa Rambo tidak dapat menjadi Rambo dengan sendirinya! Harus ada direktur terampil dan fotografer profesional sampai Rambo mendapatkan simpati dan kekaguman serta dapat menyebarkan teror!
Biarkan saya kekanak-kanakan di sini dengan menyarankan beberapa model yang dapat diimplementasikan di masa depan untuk tujuan perang psikologis dan menunjukkan tanda-tanda kemenangan, saya yakin bahwa kembalinya Mujahidin ke wilayah - Tora Bora - yang terkenal yang akan terjadi dengan izin Allah. Tora Bora adalah benteng terakhir Afghanistan yang jatuh dalam pertempuran terberat dalam sejarah perang. Media Amerika memiliki peran besar dalam membesar-besarkan daerah ini dalam aksi militer. Maka semua adegan yang menggambarkan kendali Mujahidin atas Tora Bora, akan memberikan sinyal dan informasi psikologis dan judul yang jelas dan penuh tantangan. Inilah kami telah kembali!
Telah lewat dalam sirah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan bendera kepada Usamah bin Zaid dan memerintahkan dia untuk berkuda menginjakkan kaki di tanah Balqa salah satu wilayah Romawi bukan untuk menaklukannya akan tetapi hanya untuk memberikan isyarat dan kesan yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menanamkannya dalam moralitas musuh dari waktu ke waktu. Siapa saja yang memperhatikan sirah akan mendapati bahwa peperangan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah terlepas dari hal ini. Amerika sangat memperhatikan permasalahan tempat ini. Dalam pertempuran Fallujah yang kedua, detasemen AS langsung menuju jembatan Fallujah dimana penduduk Fallujah menggantungkan bangkai salah satu orang Amerika di sana, mereka mengambil gambar bersama-sama yang berlatar belakang jembatan Fallujah agar semua orang tahu bahwa inilah kami telah kembali untuk membalas !
Adegan kedua akan membakar hati orang Amerika lebih daripada napalm dengan izin Allah. Jika Departemen As-Sahab (Media milik Thaliban) mengambil gambar khutbah massal yang terdapat di dalamnya Syaikh Osama bin Laden dan Dr. Ayman Al-Zawahiri dan Syaikh Sulaiman Abu Ghaith dalam waktu yang sama seperti yang dilakukan pada hari-hari pertama perang dalam suasana aman dan nyaman, tanpa ada editing tambahan kemudian dikirim melalui Al-Jazeera untuk mengumumkan bahwa dalam militer kita terdapat ratusan komentator dan analis, ahli peneliti dan penulis yang akan mengatakan bahwa perang telah berakhir di Afghanistan!
Sekarang saya tinggal mengatatkan bahwa 'ibrah (pelajaran) adalah selalu pada akhir peristiwa. Pihak yang akan memaksakan adegan akhir adalah pihak pemenang dalam perang ini. Penting disini untuk mengisyaratkan bahwa mungkin akan banyak yang menyelisihi pendapat saya ini karena berbagai alasan. Saya akan mengikuti pendapatnya jika teori menstabilkan situasi membawa kita kepada kebuntuan dan inersia dan kita tidak berhasil memecahkan teori tersebut. Saya katakan –dan taufik itu milik Allah- bahwa situasi terakhir ini- kebuntuan front (frontpontile) - tidak mengharuskan menunggu jatuhnya musuh dengan bebas, yang disangka oleh sebagian orang sehingga kita terlambat mendapatkan kemenangan karenanya. Akan tetapi yang harus dilakukan adalah mencabut kemenangan dari mata musuh melalui aksi militer. Walaupun itu menghabiskan biaya dua kali lipat dari tahun-tahun yang lalu.
Saya tidak bermaksud begitu brutal seperti yang dilakukan Iran dalam rencana gelombang manusia selama perang Iran-Irak. Tetapi maksudnya adalah mobilisasi energi, kemampuan, dan sumber daya manusia dalam serangan besar-besaran sampai mati, Seperti yang dilakukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam di Hudaibiyah ketika datang kepada beliau berita tentang pembunuhan Utsman, maka beliau berkeinginan untuk menyerang Mekah bersama siapapun yang bersama dengan beliau saat itu. Juga sebagaimana apa yang dikabarkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam peperangan di Syam pada akhir zaman ketika semua kelompok yang berperang berjanji untuk tidak akan kembali kecuali setelah penaklukan!
Saat-saat penting ini bukan merupakan kerugian, bolehlah masing-masing berpendapat dan masing-masing berazam, yang penting adalah mengakhiri situasi untuk keuntungan anda sebagaimana Rusia dalam pertempuran terakhir Perang Dunia II, ketika 600 ribu tentara saat itu maju dalam usahanya mempertahankan Berlin! Karena jatuhnya Berlin merupakan kemenangan yang disepakati oleh Sekutu untuk mengakhiri perang berdarah yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah.
Ketika kita berbicara tentang pengumuman kemenangan atas Amerika, NATO dan pembebasan Afghanistan, kita berbicara tentang titik balik bersejarah dalam perjalanan konflik global yang akan mengubah Afghanistan menjadi pusat di mana bertolak darinya dari celah geografis, militer, ekonomi dan sumber daya manusia gerakan jihad menuju empat penjuru, ke timur menuju Pakistan dan India, ke utara menuju front Turkistan Timur, ke barat menuju Baluchistan Sunni, dan ke selatan menuju Laut Arab yang akan berfungsi sebagai jembatan antara kita dan Yaman, Somalia. Ini tentu saja pada tingkat strategis umum.
Adapun efeknya secara langsung saya percaya bahwa kemenangan dan keberhasilan kita merubah Afganistan menjadi negara pusat yang kelompok-kelompok jihad terkait dengannya akan mengarah pada revitalisasi dari sisa front, baik di Kaukasus (Checnya), Irak, Kashmir dan yang lainnya yang akan meningkatkan tekanan yang akan memainkan peranan penting dalam pembebasan puluhan ribu mujahidin yang tertawan saat ini di berbagai penjara di dunia. Dan juga peranannya dalam menampung mujahidin yang buron akibat adanya kesepakatan keamanan diantara beberapa negara untuk mengamankan kepentingan mereka.
Contoh terdekat dalam hal ini adalah apa yang terjadi pada revolusi Khomeini. Para pelaku revolusi mengubah Iran menjadi negara pusat dimulai dari sana proyek Syiah global yang kita bisa melihat efek kekuatan dan pelaksanaannya hari ini. Bersamaan dengan berubahnya Iran menjadi pusat kekuatan mulailah tampak kekuatan Hizbullah di Libanon, begitu juga kekuatan Korps Badr dan Partai Dakwah mulai tumbuh dengan bantuan negara pusat (Iran) untuk mengembalikan kontrol Irak. Demikian juga hal yang sama untuk Ismail Khan di Afghanistan dan Houthi di Yaman.
Semua pihak ini mendapatkan kekuatan mereka dari Negara pusat. Dalam kesepakatan gencatan senjata untuk menghentikan konflik dengan tentara Irak – ketika orang-orang Iran unggul – Khomeini mensyaratkan untuk membolehkan tentara Iran melewati wilayah Irak untuk berpartisipasi dalam perang Libanon! Ini merupakan cerminan yang jelas tentang peran Negara pusat, yang dapat dimainkan di luar batas-batas geografis. Dan berbicara tentang peran masa depan Afghanistan adalah pembicaraan yang penuh duka yang tidak cukup diungkapkan dalam lembaran ini, apa yang telah disebutkan cukup untuk mewakili maksud.
Wallahu a'lam, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dan semua keluarga dan sahabatnya.
عبدالله بن محمد
أول يوم من عام 1432
جزيرة العرب
Abdullah bin Muhammad
Hari pertama 1432 H
Jazirah Arab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar