Berikut ini adalah naskah pledoi dari salah seorang komandan pelatihan militer di Aceh, yaitu Komander Mahfud (Joko Sulistiyo) yang dibacakan didalam persidangan. Selain di Aceh, Komander Mahfud pernah juga 3 tahun berjihad membantu kaum muslimin di Moro bersama Kelompok Mujahidin Abu Sayyaf.
Kini ia ditahan di LP Cipinang, dengan vonis 14 tahun penjara. Semoga Allah menyegerakan kebebasannya..
Bismillahirrahmanirrahiim...
Segala puji hanya milik Allah Rabbul 'Alamin, Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, Pemilik Hari Pembalasan.
Kami bersaksi sebagaimana Allah bersaksi bagi diri-Nya sendiri dan juga malaikat-malaikat dan para ulama. Dialah yang menegakkan keadilan. Tiada ilah yang berhak untuk diibadati kecuali Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Seraya kami menetapkan apa yang telah ditetapkan oleh kalimat yang agung ini. Berupa pemurnian seluruh ibadah kepada Allah semata, konsekwensi-konsekwensinya, kewajiban-kewajibannya, dan hak-haknya, juga kami menafikan (meniadakan) apa yang dinafikan oleh kalimat ini berupa berbagai macam kemusyrikan dan tandingan serta hal-hal yang menyertainya.
"Katakanlah : "Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakan, dan tiada sesuatupun yang setara dengan Dia". (Qs. Al Ikhlash : 1-4)
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada penutup para nabi dan rasul, keluarganya dan seluruh para shahabatnya.
Wa ba'du :
Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda : "Hampir-hampir manusia mengelilingi kalian sebagaimana orang-orang lapar mengelilingi sebuah hidangan di atas piring", seorang bertanya : "Apakah sedikit jumlah kami saat itu ya Rasulullah ?". Beliau menjawab : "Tidak, bahkan jumlah kalian saat itu sangat banyak, akan tetapi kalian seperti buih yang ada di atas laut. Sungguh Allah telah mencabut dari hati musuh kalian rasa takut dan Allah letakan dalam hati kalian penyakit wahn". Seorang bertanya : "Apakah wahn itu ya Rasulullah ?". Beliau menjawab : "Cinta dunia dan takut akan kematian". (HR. Abu Dawud. Imam Al Albani dalam Silsilah Hadits Shahihah)
Hadirin sekalian...
Sungguh, dalam peristiwa atau kejadian ini kami hanya melakukan satu persiapan dalam rangka melakukan pembelaan terhadap islam dan kaum muslimin. Kami hanya memerangi orang yang telah memerangi islam dan kaum muslimin. Agama manapun akan membenarkan tindakan semacam ini sebagai bagian untuk melindungi eksistensinya. Ini adalah kebenaran, dan perbuatan ini dibenarkan dalam syariat agama kami. Maka apa hak lembaga/institusi atau media massa untuk terus memburu dan memojokan kami dan para mujahidin ??
Tragedi yang menimpa kaum muslimin di berbagai belahan dunia sebagaian dari pada mata rantai pertarungan antara proyek imperialisme barat dengan islam beserta umatnya, alamnya, dan peradabannya. Dimana Amerika dan para sekutunya merekayasa fakta-fakta sebenarnya disebalik perang global terhadap terorisme. Dan pada kenyataannya mereka berhasil meyakinkan pada para penguasa di negeri kaum muslimin, bersatu opini dengan mereka dan rela melakukan apa yang mereka inginkan.
Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda : "Sesungguhnya menjelang hari kiamat akan ada tahun-tahun penuh rekayasa, orang yang terpercaya dicela, sementara pengkhianat justeru dipercaya. Kala itu pendusta dipercaya dan orang jujur didustakan, dan akan berbicara para ruwaibidhah". Ditanyakan : "Wahai Rasulullah, apakah ruwaibidhah itu ?". Beliau bersabda : "Orang bodoh yang berbicara tentang urusan orang banyak". (HR. Ibnu Majah, Ahmad, Al Hakim)
Inilah diantara fakta dari perang global Amerika terhadap terorisme. Tepat 3 minggu setelah gempuran dahsyat pertama tanggal 30 Maret 2003 lalu, dilakukan oleh tentara agresor Amerika Serikat dan sekutunya atas Iraq Baghdad ibukota Iraq akhirnya jatuh. Negeri kaya minyak yang pernah menjadi pusat kekuasaan daulah khilafah Abbasiyah selama lebih dari 400 tahun, kini dalam cengkraman agresor Amerika.
Ya, negeri yang katanya menjadi kampion demokrasi, penegak hak-hak asasi manusia dan penebar peradaban maju, dalam agresinya ke Iraq itu justru mempertontonkan dengan amat telanjang berupa ; kebiadaban, kebengisan, keangkara murkaan, dan kezhaliman yang luar biasa, yang semua itu bertolak belakang dengan nilai-nilai yang selama ini mereka gembar-gemborkan dimana-mana.
Semua itu melengkapi kebiadaban Amerika yang dilakukan sebelumnya atas Afghanistan dengan dalih mengancurkan sarang teroris pasca peristiwa 11 September 2001 yang terus dilakukan hingga sekarang.
Apa yang bisa dilihat dari keterjatuhan Iraq di bawah rezim Saddam ? Juga Afghanistan sekaligus keberhasilan agresi Amerika dan sekutunya diwilayah itu ?
Pertama : Menangnya politik premanisme dunia. Dengan semboyan “the might is right” saat ini tengah berjaya politik premanisme. Politik ini mengedepankan logika kekuatan, bukan kekuatan logika. Dalam konteks Irak, seluruh dunia mengetahui bahwa tidak ada satupun hak yang dipunyai oleh Amerika Serikat untuk menyerang Irak. Kalau dikatakan serangan itu diperlukan untuk menghancurkan senjata pemusnah massal, komisi independen yang dibentuk oleh PBB sudah berulang kali mengatakan bahwa senjata itu tidak ditemukan.
Untuk lebih meyakinkan, komisi itu bahkan meminta tambahan waktu guna penyelidikan lebih intensif. Tapi permintaan itu ditolak dan AS tetap saja menyerang Irak. Dan kini setelah Irak hancur, apakah senjata pemusnah masal yang digembar-gemborkan AS sebagai pemicu agresi itu ditemukan ? Dan andaipun ditemukan mengapa hanya Irak yang diserang ? Mengapa Israel, India, Korea Utara, China dan banyak negara lain yang mengembangkan senjata itu tidak diserang ? Termasuk AS sendiri, karena sejatinya justru Amerikalah pusat pengembangan senjata pemusnah massal itu, bahkan Irak sendiri bisa mengembangkan senjata juga atas bantuan Amerika.
Kalau dikatakan bahwa serangan itu diperlukan untuk menjaga perdamaian dunia dari ancaman Irak, seperti perkataan Bush beberapa jam sebelum dimulainya serangan dengan agresi yang tidak mengindahkan sama sekali suara protes dari seluruh dunia. Siapa sebenarnya yang mengancam perdamaian dunia, Irak ataukah Israel ?
Pemerintah Bush kala itu menyebut-nyebut betapa penting serangan terhadap Irak untuk menghancurkan basis-basis terorisme. Ini juga klaim aneh mengingat selama ini tidak satupun laporan independen yang menyebutkan ada hubungan antara apa yang disebut jaringan Al Qaeda dengan pemerintah Irak.
Jadi apa yang harus kita katakan dengan negara bar-bar ini, apa yang harus kita katakan dengan keputusan AS dan Inggris menyerang Irak juga Afghanistan tanpa restu PBB???. Dengan serangan itu ribuan orang tewas dan terluka, ribuan bangunan-bangunan termasuk masjid dan tempat-tempat bersejarah hancur rata dengan tanah karenanya.
Lantas dengan berton-ton bom yang dijatuhkan di Irak dan Afghanistan... Amerika mau disebut apa ?! Bush juga sering menyebut bahwa serangan itu justru untuk menolong rakyat Irak dan Afghanistan. Percayakah anda ? Bahwa Amerika dengan sekian ratus ton bom, sekian ribu bangunan hancur, sekian ribu orang luka-luka dan tewas, tengah benar- benar menolong rakyat Irak dan Afghanistan ?? Juga percayakah anda bahwa penggulingan pemerintah diktator Saddam yang mana dia adalah sekutu Amerika selama ini, juga invasi di Afghanistan sebagai true motive ??
Ya... Itulah wajah politik preman ala Amerika.
Kedua : Rapuhnya dunia Islam, tidak ada satupun negara, termasuk dari dunia Islam yang bisa menghentikan aksi biadab nan bar-bar ini, sebagaimana Rasulullah ingatkan : "Bahwa suatu ketika umat islam akan diperebutkan bagaikan makanan oleh orang-orang lapar dari berbagai arah, ketika Rasul ditanya : "Apakah waktu itu jumlah umat islam sedikit", Rasulullah menjawab : "Laa, bal antum yauma idzin katsirun wa lakinankum ghusta'un kagutsais saiyl" (Tidak, bahkan jumlah kalian pada waktu itu amat banyak, akan tetapi kalian seperti buih yang berada di atas laut).
Sinyalemen Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam di atas nampaknya terjadi hari ini, umat islam dalam jumlah besar, tapi dalam kondisi yang memprihatinkan. Di mana-mana dalam kondisi terhinakan. Hilangnya jati diri, harga diri dan kehormatan sebagai muslim. Akibatnya mereka lebih suka berlomba- lomba dalam hal dunia dan menjadikan takut akan kematian. Akibat lebih jauh tiadanya kepedulian terhadap apa yang menimpa saudara muslim lainnya.
Hilangnya semangat untuk berjihad, dan lebih suka duduk-duduk dalam gemerlapnya dunia. Sementara itu kesengsaraan dan kedudukan masih saja menimpa kaum muslimin di berbagai tempat (Palestina, Afghanistan, Irak, Yaman, Tajikistan, Chechnya, Somalia, Kashmir, China, Thailand, Philipina) dan masih bayak yang lain untuk disebut.
Ketiga : Keangkuhan AS sebagai adikuasa menunjukan bahwa di dunia ini memang akan selalu ada adikuasa yang "memerintah dunia" (The Rolling Power) setelah sebelumnya Uni Soviet menjadi rival utama. Semenjak satu dasawarsa terakhir AS bermain sendirian di pentas dunia sebagai negara adikuasa tunggal. Praktis AS dengan laluasa memainkan dunia (menurut, -ed) kepentingannya.
Itulah yang terlihat nyata dalam agresinya ke Irak dan Afghanistan serta mungkin ke wilayah lain berikutnya meski tidak ada satupun argumen rasional yang bisa dijadikan dasar untuk melakukan invasi ke Irak dan meski seluruh dunia termasuk warga AS sendiri memprotes keras. Pemerintah Bush tetap saja melangkah karena yakin tidak ada satupun negara yang bisa menghalanginya termasuk dari dunia islam.
Sebagaimana berita dari Washington (4 November 2010) ilmuwan terkenal Yahudi Amerika Prof. Noam Chomsky mengatakan : "Serangan AS ke Afghanistan adalah ilegal karena sampai saat ini tidak ada bukti yang kuat bahwa Al Qaeda telah melakukan serangan 9/11, motif eksplisit dan menyatakan perang (Afghanistan) adalah untuk memaksa Taliban untuk menyerahkan diri kepada Amerika Serikat orang yang mereka tuduh terlibat dalam serangan WTC dan Pentagon, yang dianggap tindakan teroris Taliban. Mereka meminta bukti dan pemerintah Bush menolak untuk memberikan bukti apapun", kata akademisi senior 81 tahun membuat pernyataan di PRESS TV Program A Simple Question. Bila demikian apa sesungguhnya motif utama AS ?
Bahwa yang dilakukan negara-negara barat, AS, dan sekutunya, khususnya setelah perang dingin tidak lain adalah untuk memerangi Islam. Bukan sekedar memerangi Palestina, Afghanistan, Irak, dan negara yang lain. Juga bukan sekedar untuk minyak, gas, teritorial, semberdaya alam, pasar, uang dan kepentingan kebijakan lainnya.
Banyak data informasi dan fakta yang sangat menarik. Mungkin khalayak belum pernah tahu dan lihat, yang sekarang saya tidak mungkin sampaikan disini. Sebagai bukti kebenaran dan berdasarkan fakta-fakta yang terangkai bahwa yang dilakukan AS dan sekutunya tidak lain adalah perang melawan Islam. Termasuk juga data rekaman video, kalau di sini hanya ada rekaman video pelatihan kami yang cukup amatiran, maka saya rasa khalayak akan tercengang ketika melihat episode kebiadaban Amerika, Israel, dan sekutu- sekutunya dari hasil bidikan kamera jurnalis profesional, dari stasiun pemberitaan yang terkenal seperti CNN, BBC, ABC, NBC, AL JAZEERA, dan lain-lain termasuk tv swasta AL BAGHDADIYYA di Irak, stasiun TV yang bermarkas di Mesir, tempat di mana Muntazer Al Zaidi, pelempar sepatu ke muka mantan presiden AS Geoge W Bush, yang beberapa bulan lalu TV ini ditutup karena dituduh sebagai corong teroris. (lihat video : Siapakah Teroris Yang Sebenarnya)
Ya... The Global War Againts Terrorism hanyalah kedok belaka untuk memerangi (gerakan-gerakan) Islam di berbagai negeri muslimin guna melanggengkan politik imperialistiknya, untuk mengamankan kepentingan-kepentingan politik dan ekonominya di dunia islam. Dunia islam adalah bagian dunia yang sangat kaya akan sumber daya alam dan strategis dari sudut geopolitik.
AS memang tidak memerangi islam atau umat islam secara keseluruhan, yang diperangi adalah orang atau kelompok yang pemikiran dan tindakan-tindakannya bertentangan dengan AS dan karenanya dikhawatirkan akan mengancam kepentingan Amerika.
Pada tahap awal, gerakan Islam ini dikhawatirkan akan mengancam penguasa dari negeri muslimin yang selama ini tunduk kepada AS dan mampu menjaga kepentingan AS di negeri itu. Pada tahap lanjutannya, bila pertumbuhan gerakan islam juga terjadi di mana-mana pada akhirnya tentu akan mengancam kepentingan Amerika, maka sebelum semuanya membesar, AS berkeputusan menghancurkannya selagi masih kecil. Dan untuk memberikan efek global dirancanglah apa yang mereka sebut The Global War On Terrorism...
Melalui 11 September, tercipta stigma bahwa teroris adalah gerakan Islam dan setiap teroris harus diberangus. Maka perang melawan teroris tidak lain adalah perang melawan (gerakan) islam... Itulah yang kini sedang terjadi. Di antara bukti yang cukup dan menguatkan adalah bahwa pemerintah AS hanya memaknai terorisme kepada kelompok yang dalam prinsip dan kegiatannya tidak sesuai dengan kepentingan AS.
Sementara meski terang-terangan melakukan kekerasan, mambantai, dan mengusir penduduk Palestina hingga detik ini, Israel tidak disebut melakukan terorisme. AS juga tidak berusaha menangkap tokoh-tokohnya seperti Yitzhak Rabin, Ariel Sharoon dan lain-lainnya yang jelas-jelas telah melakukan teror terhadap penduduk Palestina hingga detik ini.
Prof. Noam Chomsky dalam bukunya : Maling Teriak Maling, Amerika Sang Teroris (2001) , menyimpulkan bahwa AS dan Israel adalah teroris terkemuka saat ini. Lucunya... Dunia kini justru bergabung dengan teroris-teroris itu. Dan karena AS adalah preman dunia, maka ia menempatkan dirinya bagaikan penguasa yang "can do no wrong". AS boleh membunuhi siapa saja yang mereka suka sebagaimana pengakuan tentaranya di Irak "the iraqi opposition is kind of like an MRE (Meal Ready to Eat, The US Army Food Packet).
Aksi 11 september 2001 dicap sebagai teroris, tetapi serangan AS ke Afghanistan yang jelas-jelas membunuhi lebih dari 6000 warga sipil (dua kali lipat korban WTC) bukanlah teroris. Human Right Wacth di New York sudah menyatakan AS adalah pelanggar HAM terbesar di Dunia. Apa sanksi bagi AS???
Hadirin sekalian, kugoreskan tinta ini di atas kertas sebagaimana seorang telah menjalani kejadian nyata yang telah dialami dalam kehidupannya. Pilihannya bukanlah kita berpihak kepada Amerika atau teroris. Akan tetapi bersama setan Amerika atau Mujahidin Hizbullah (Golongan Allah).
Sungguh, barang siapa yang menfatwakan dibolehkannya bersekutu dengan Amerika untuk menyerang Afghanistan, menginvasi Irak dan memberikan dukungan secara militer terhadap pendudukan Yahudi Israel atas tanah Palestina, maka ia terkutuk sekalipun ia bergelayut pada kitwah di dinding Ka'bah, fasik sekalipun ia Syaikh dari Universitas terkenal mesir Al Azhar.
Itulah ya Rabbi, wahai Dzat Yang Maha Pemaksa, Maha Perkasa, Maha Menghinakan dan Maha Mengetahui Perkara Ghaib. Karena kaum kafir dan komprador laknatullah baik yang berprofesi sebagai penulis, fuqaha, maupun politikus penguasa. Secara sengaja atau tidak, ingin agar mereka menjadikan Amerika sebagai kekuatan absolut yang berkuasa terhadap kami (kaum muslimin).
Ingin agar kami percaya kepadanya dalam keadaan rahasia maupun terang-terangan. Kami harus mempercayai kepada hal-hal ghaibnya, maka apapun yang dikatakannya adalah benar sekalipun tanpa bukti dan apa yang ditolaknya adalah dosa besar sedangkan sanksinya siap dilaksanakan. Di saat yang sama, ya Allah... mereka ingin agar kami kufur kepada-Mu, jika tidak berarti kami berpihak pada teroris.
Hadirin sekalian, siapa yang bisa membantu saya merangkai kalimat yang belum pernah diucapkan selama ini, agar saya bisa melukiskan kejahatan kejahatan dan kebohongannya yag tidak pernah dilakukan seperti itu di seluruh dunia ?? Bukan hanya mengirim tentaranya yang bengis menyerang negara miskin yang menderita kelaparan lantaran kecurigaan kepada satu orang (bukan kepada negara) yang tidak dikuatkan oleh bukti apapun.
Hadirin sekalian, apakah kalian melihat ada kejahatan yang lebih busuk dan kebiadaban yang lebih keji ??
Pernahkah anda melihat kebohongan yang lebih jelek dari kebohongan yang dilakukan oleh negeri yang mereka sebut sebagai pemelihara kebebasan dan hak asasi manusia sedunia ? Pemelihara yang membuat seluruh dunia repot tanpa henti lantaran 4000 rakyat sipilnya, padahal yang sebenarnya dialah yang memiliki daftar korban-korban sipil karena kebiadabannya yang paling besar sepanjang sejarah. Jumlahnya mencapai puluhan juta...
Sementara pemimpin-pemimpin negeri mereka selalu mengumbar senyum ramah dalam setiap kunjungannya bak wira pengusung kebebasan dan HAM dengan dalih investasi perdagangan, meningkatkan kerjasama program pendidikan dan pertukaran pelajar atau bidang keamanan dan seabrek kepentingan lain sambil mengumbar janji- janji manis untuk menutupi kepentingan sebenarnya dibalik semua itu. Juga menutupi kondisi real bahwa negaranya pun sebenarnya diambang kehancuran, baik situasi politik atau ekonominya, bertriliyun dolar utang luar negerinya yang sebagian besar untuk biaya perang.
Hadirin sekalian, jika saya menusuk mata anda apakah saya penjahat ? Atau... Perlukah kita bahas dulu apa yang pernah anda lakukan kepada saya ? Jika sebelumnya anda pernah menusuk kedua mata saya, maka andalah penjahat itu... Tidak diragukan lagi ! Demikianlah syari'at agama kami berbicara, diriwayatkan dari Al Faruq Umar bin Khaththab radliyallahu'anhu bahwa ia berkata yang maksudnya : "Jika seorang datang kepadaku, sedangkan salah satu matanya tertusuk, maka aku tidak bisa memutuskan hukum yang memenangkannya sebelum melihat lawannya, karena bisa jadi lawannya justru tertusuk kedua matanya".
Hadirin sekalian, apa pendapat anda tentang orang yang memandang anda seraya mengancam dan mencemooh dengan penuh kesombongan dan keangkuhan, lantas berkata lantang kepada anda : "Jangan kaitkan kedua perkara itu, jangan mengaitkan penusukan satu mata ini dengan penusukan kedua mata...!", apa yang akan anda katakan ?? Akan tetapi bukan hanya dua biji saja yang telah ditusuk. Jumlah orang yang dibunuh (di dunia arab saja) karena persekutuan Yahudi, Salibis yang dipimpin Amerika sejak setengah abad terakhir lebih dari DELAPAN JUTA muslim. Apa yang terjadi di Palestina hari ini, anda semua melihatnya dengan mata kepala anda sendiri, tidak perlu saya lukiskan lagi kekejiannya kepada anda.
Tapi ingat bahwa teroris Amerika tidak pernah menganggap bahwa pembunuhan orang-orang sipil, anak-anak, orang tua dan wanita tersebut sebagai tindakan terorisme. Bahkan ia menggunakan hak veto yang mencegah sanksi terhadap pelakunya.
Pemboman terhadap orang-orang sipil dengan meriam, roket, pesawat, rudal (cruiser, tomahawk), dan senjata-senjata terlarang seperti fosfor putih, limbah uranium atau uranium laser adalah boleh dan halal... Itu hanya pembelaan diri, tapi melawan tank dengan batu itu adalah TEROR...!!!
Ya... Teroris Amerika adalah penjahat... Presiden Amerika adalah penjahat...! Bukan saya yang mengatakan demikian, tetapi orang Amerika sendiri yang mengatakannya, dan itu bukan orang Amerika biasa, tetapi orang Amerika yang telah mempelajari hukum tingkat tinggi, pernah menduduki jabatan tinggi dalam bidang hukum di AS sendiri, jabatan sebagai ketua umum... Dia adalah Ramsay Clark !
Kemudian seorang Amerika lain, yang juga seorang Yahudi yaitu Prof. Noam Chomsky berkomentar pula : "Ada bukti-bukti yang memadai untuk menuduh presiden Amerika sejak berakhirnya perang dunia kedua sebagai penjahat perang". Amerika telah menutup total jalur informasi terhadap operasi yang dilancarkannya di Afghanistan, khususnya setelah beberapa hari pertama ia menayangkan peperangan. Sejauh mana serangan dan kebiadaban Amerika, sampai-sampai Amerika juga membom kantor tv Al Jazeera agar sesudah itu semua informasi berada dalam kontrol Amerika. Karena itulah kita tidak banyak mengetahui tentang apa yang terjadi di Afghanistan, tetapi kita bisa menbaca metode, perlakuan dan praktek yang dilakukan Amerika di kawasan- kawasan lain, yang telah diungkapkan oleh orang-orang Eropa dan Amerika sendiri.
Dalam buku agresi ke Irak, antara saksi, hukum, dan keadilan seorang penulis berkebangsaan Inggris Jeff Simon mengatakan : "Kepada 1 juta anak- anak Irak yang terbunuh dalam perang biologi Amerika pada dekade 90-an dan kepada ratusan ribu lainnya yang akan menyusul mereka pada bulan-bulan dan tahun-tahun mendatang".
Prof. Noam Chomsky berkomentar : "Buku agresi ke Irak merupakan catatan yang penuh berisi kejahatan mengerikan dan berkelanjutan yang menggoncang pembaca, serta selayaknya kita malu dengannya".
Mantan PM Inggris Tony Blair berkomentar : "Ia adalah catatan yang dibakar dengan kemarahan, namun pada saat yang sama merupakan sebuah karya akademik yang patut didokumentasikan".
Hooke Stafter menyatakan : "Lukisan kehancuran penulis melalui banyak data yang dimilikinya dan gaya bertuturnya yang keras dan menyengat berhasil menyorotkan sinar kuat yang mempertontonkan kejahatan pembantaian massal paling kejam di abad ke dua puluh".
Penulis buku agresi ke Irak itu menyatakan : "Saya sungguh merasa malu dan seolah tak berdaya terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah saya sendiri bersama pemerintah-pemerintah lain yang bersekongkol dengannya dalam pembantaian massal, mereka adalah orang-orang yang cacat mental dan tidak lagi memiliki rasa berdosa".
Adapula beberapa kesaksian penulis asing yang disebutkan dalam buku itu :
Ditter Hannas, seorang pekerja PBB mengatakan : "Kekurangan gizi yang mengerikan telah menyebabkan terjadinya bahaya-bahaya yang tidak teratasi terhadap satu generasi penuh dari anak-anak Irak. Setelah 24 tahun bekerja di lapangan. Apalagi di Afrika sejak dari Piyavera, saya tidak yakin bahwa ada sesuatu hal yang mengagetkanku, tetapi ini tidak bisa dibandingkan dengan skenario terburuk yang pernah ku saksikan".
George Limoutty, seorang jurnalis Inggris mengisahkan : "Sungguh merupakan peristiwa paling kejam yang pernah terlihat oleh mataku, seumur hidupku, mayat-mayat bergelimpangan dan tulang belulang mayat berserakan di setiap tempat".
Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya telah menggunakan bom limbah uranium untuk membombardir Irak pada perang teluk kedua dalam skala besar, sehingga dikatakan bahwa total bom yang digunakan untuk membombardir Irak mencapai 300 ton, dan ini menjadikan grafik penyakit kanker di kalangan rakyat Irak naik secara tajam. Kenaikan ini mencapai 600% untuk penyakit kanker darah di Irak utara, khususnya di kalangan anak-anak berdasarkan laporan surat kabar Baltimor Kronkyl.
Jumlah penggunaan bom-bom limbah uranium ini sangat besar di Irak, karena jika dibandingkan jumlah bom limbah uranium yang digunakan di Yugoslavia hanya 3% saja dari ini, atau sekitar 10 ton saja. Tahukah anda berapa ton bom yang di jatuhkan di Afghanistan sejak Agresinya 10 tahun sampai saat ini ??? Surat kabar Amerika, Baltimor Kronkyl yang terbit bulanan, dalam edisi desember 2001, mempublikasikan sebuah laporan sebagai berikut : "Pesawat-pesawat pembom Amerika telah menghujani Afghanistan dengan bom-bom limbah uranium, satu hal yang akan memberikan kesempatan kepada orang-orang Afghan yang biasanya mati karena lapar atau dibom itu. Untuk pertama kalinya merasakan kematian dengan rasa yang berbeda, yaitu kematian karena sejumlah penyakit kanker dan gagal ginjal yang disebabkan oleh debu yang beterbangan dari bom-bom limbah uranium", ia mengisyaratkan bahwa Amerika telah menghujani Afghanistan dengan rudal-rudal Tomahawk dan rudal-rudal lainnya dan sebagian besar dari rudal-rudal ini adalah dari jenis limbah uranium.
Kami perjelas laporan yang dipublikasikan surat kabar tersebut bahwa persoalannya bukan hanya menyangkut penghirupan debu yang beterbangan dari limbah uranium ini, tetapi juga polusi yang terjadi terhadap sungai di Kabul yang menjadi sumber mata air utama di Afghanistan. Itulah yang dimaksud dengan tersebarnya penyakit-penyakit kanker, khususnya kanker darah di kalangan penduduk Afghanistan dan demam pendarahan serta kerusakan organ kekebalan dalam tubuh manusia.
Ya... Barangkali kita akan mengetahui (seperti apa yang terjadi di sana) lima tahun yang akan datang, atau mungkin saja kita tidak akan pernah tahu "sang pemimpin keterbukaan dan kebebasan" telah membungkam pers secara total negara yang sekian lama mengecam negara-negara tirai besi, kini telah memasang tirai-tirai besi disekitar dirinya, dimana sebuah tirai besi bila dibandingkan dengannya tak ubahnya sebuah mainan anak-anak.
Karena kita tidak tahu apa yang telah terjadi dan apa yang sedang terjadi, kita tidak memiliki pilihan selain kembali melihat apa yang terjadi di Irak baru-baru ini, dan negara-negara yang lain guna membaca apa yang sedang terjadi sekarang dan apa yang akan terjadi dimasa mendatang. Jeff Simon mengatakan : "Amerika Serikat adalah arsitek yang merancang operasi penghancuran yang berkelanjutan sejak beberapa tahun. Para pemimpin Amerika Serikat secara sengaja dan dengan perencanaan yang kejam serta sadis melakukan pelarangan terhadap bantuan apapun yang akan diberikan kepada sebuah bangsa yang menderita penyakit kelaparan ini. Washington tidak menampik fakta-fakta ini".
Sementara Julian Assenge, seorang British, Wikileaks Founders sekarang menjadi incaran Amerika dikarenakan berhasil membocorkan dokumen rahasia operasi militer di Timur Tengah, khususnya di Afghanistan yang kemudian diupload dalam situsnya belum lama ini. Dan berita dari Washington (29 September 2010) melaporkan markas besar angkatan bersenjata AS, Pentagon, membeli dan menghancurkan 9500 buku yang ditulis oleh seorang tentara mengenai Afghanistan karena takut rahasia militer mereka akan terbongkar. Seluruh cetakan pertama dari buku karangan Letkol. Anthony Schaffer yang berjudul "Operation Dark Heart" dengan cover depan bertuliskan (Spycraft and special ops. on the front lines of Aghanistan and the path to victory) itu dibeli oleh otoritas pertahanan AS dengan harga 250.000 USD. Buku setebal 299 hlm itu kabarnya memuat berbagai detail tentang operasi rahasia AS di Afghanistan, komando operasi rahasia AS (CIA) dan National Security Agency (NSA) ditugaskan membereskan buku itu.
Hadirin sekalian... Janganlah anda mengaitkan dua persoalan ini, yaitu antara apa yang telah dan sedang dilakukan oleh Amerika di seluruh dunia dengan peristiwa 11 September...! Agar anda dianggap sebagai seorang yang berperadaban, janganlah anda menyebut kejahatan- kejahatan Amerika yang dihitung oleh Jeff Simon dan Noam Chomsky dalam kejahatan-kejahatan itu.
Ya... Demi memenuhi ambisinya yang kejam, Amerika telah menghancurkan bangsa-bangsa lain (biadab memang). Di Liberia, pada awal dekade 90-an, lebih dari 150.000 orang terbunuh (dan banyak orang dipaksa meninggalkan rumah mereka karena operasi pembersihan ras, ya... Kemiskinan dan penggusuran), pernahkan anda alami ? Satu juta di Siera Leone diusir dan 60.000 orang mati sia-sia dalam perang atau mati kelaparan. Di Anggola 20.000 orang mati selama embargo yang dilakukan oleh pemerintahan UNITA terhadap kota Quito yang berlangsung hingga 8 bulan, dan itu hanya bagian dari peristiwa-peristiwa lain yang serupa dan politik strategi Amerika di Afrika yang belum terungkap secara keseluruhan.
Juga era sebelum itu ketika Amerika menghancurkan beberapa kota di Jepang dengan menjatuhkan bom-bom pembakar, menewaskan 100.000 orang dan mengungsikan 1 Juta orang.
Jenderal Christ Lomay menyaksikan dengan senang hati para pria, wanita, dan anak-anak Jepang telah dibakar suhu udara yang sangat panas hingga air yang ada di pipa-pipa pun panas mendidih, banyak manusia yang terlontar oleh lidah api, sekitar 64 kota di Jepang tidak termasuk Hiroshima dan Nagasaki mendapat serangan semacam ini. Ini adalah pembuka bagi operasi-operasi pembantaian lain yang dilakukan oleh teroris Amerika terhadap kawasan-kawasan lain yang belum pernah memberikan ancaman apapun terhadap Washington.
Dalam kurun waktu antara 1952-1973, AS berdasarkan perkiraan yang objektif telah membantai sekitar 10 juta orang China, Korea, Vietnam, Laos dan Kamboja. Salah satu perkiraan mensinyalir terbunuhnya 2 juta rakyat Korea Utara, dalam perang Korea dan kebanyakan dari mereka terbunuh dalam pembakaran melalui serangan bom di Pyong Yang dan kota-kota utama lainnya. Serangan ini pun mengisyaratkan kita kepada serangan-serangan yang membakar terhadap kota Tokyo yang menewaskan sekitar 3 juta orang.
Jenderal Gomit Odd Neils, panglima komando pengeboman pasukan udara timur jauh dalam konferensi pers menyatakan bahwa, "Semenanjung Korea, hampir seluruhnya dalam kondisi mengenaskan, karena segala sesuatu telah dihancurkan dan tidak ada sesuatu pun yang patut disebut yang masih berdiri... serta bahwa masuknya militer China yang mengejutkan di Korea Utara untuk menghalangi Mac Arthur agar tidak menyeberangi Sungai Kuning ke China, telah memberi kesempatan-kesempatan baru kepada bom-bom Amerika untuk melakukan pembunuhan massal. Kami tidak memiliki tugas apapun sampai kedatangan pasukan China, karena sudah tidak ada satu target pun yang masih ada di Korea". (rekaman konferensi pers).
Kurang dari satu dekade kemudian, teroris Amerika telah menundukkan Vietnam, Laos, serta Kamboja yang telah mengotori tangan-tangan Amerika yang tidak mungkin dihapuskan darinya. Amerika juga terlibat langsung maupun tidak langsung di dalam operasi-operasi penyiksaan dan pembunuhan di banyak kawasan lain di seluruh dunia. Ada konspirasi nyata AS dalam kasus pembantaian- pembantaian di Thailand, Philipina, termasuk juga di indonesia.
Peperangan-peperangan melawan pemberontak di Amerika Tengah (Nicaragua, El Savador, Guatemala, dan Honduras; ratusan ribu orang tewas melalui senjata- senjata, pelatihan dan saran dari Amerika, serta dalam operasi yang mewakili kepentingan teroris Amerika) Dalam kerusuhan sipil di Afrika (konflik berdarah di Anggola, Mozambique, Namibia, dan lain-lain) Dalam operasi penumpasan yang dilakukan oleh para rezim yang didukung oleh Amerika selama beberapa dekade (Anastasia Somaza, Agusto Pinochet, Ferdinan Marcos, Estrada, Gloria, Mabusu, Furgensio Batista, Ngo Dinh Diem, Debayle, Soeharto, Savimbi, dan lain- lain) masih banyak lagi.
Ya, semua itu bagi Amerika adalah perlawanan memerangi kelompok atau negara yang dalam prinsip dan kegiatannya tidak sesuai dengan kepentingan imperialismenya.
Sementara... Meski terang-terangan melakukan kekerasan, membantai dan mengusir penduduk sebuah negeri dia katakan itu kemajuan ke arah demokrasi yang lebih baik. Lebih jauh lagi kenyataan sebenarnya perang Amerika melawan terorisme memang ditujukan pada gerakan Islam dimana bagi Bush ini adalah "crusade" (perang salib) lebih dari 90% dari daftar Foreight Terrorist Organisation (FTO) adalah individu dan kelompok muslim, di dalamnya justeru tidak terdapat nama-nama atau organisasi yang sudah terkenal sebagai teroris, misalnya para teroris ekstrimis Irlandia Utara, Kelompok Separatis Basque ETA, dan Organisasi 17 November di Yunani. Guru besar Sarah Lawrence College, Fawaz A Gergez (America And Political Islam, 1999) menyatakan meski pemimpin-pemimpin AS menolak hipotesis "Clash Of Civilization", tapi kebijakan AS pasca perang dingin memang sangat dipengaruhi oleh ketakutan akan adanya "Ancaman Kaum Islamis" (Islamis Threat).
Hal ini menurut Adian Husaini (Islam Liberal, 2002) diperkuat oleh pendapat-pendapat kaum intelektual konfrontasionis semacam Bernard Lewis Huntington dan Liddle, yang juga menyatakan bahwa Islam akan menggantikan komunisme sebagai ancaman utama pasca perang dingin. Bahkan awal 1992, Presiden Israel Herzog di depan parlemennya mengatakan "penyakit (Islam Fundamentalis) sedang menyebar secara cepat dan merupakan sebuah bahaya tidak hanya untuk masyarakat Yahudi, tapi juga bagi kemanusiaan secara umum" (The Guardian, 19 Juni 1992).
Sementara mantan presiden PM Simon Perez menyatakan tegas : "Setelah tumbangnya komunis, fundamentalis telah menjadi bahaya paling besar bagi kita", dia menyamakan perang dengan fundamentalisme islam seperti perang melawan Nazisme dan komunis.
Ya, korban telah berjatuhan. Disamping Afghanistan yang telah diserang habis-habisan oleh Amerika atas dasar memerangi terorisme. Juga terjadi penangkapan-penangkapan aktivis gerakan-gerakan Islam diberbagai negara. Di Uzbekistan, lebih dari 1000 anggota gerakan-gerakan Islam ditangkap, dipenjarakan, disiksa, dan sebagiannya syahid. Begitu juga di Azerbeizan, Tajikistan, Kirgystan, mesir, Yordan, Pakistan, Yaman, Arab Saudi dan negeri- negeri muslim yang lain. Dengan politik premanisme, sesungguhnya dunia sedang menghadapi ancaman yang sangat serius, yakni sebuah kekuatan negara yang bisa melakukan apapun semaunya.
Belum usai menguasai Irak, AS sudah mengancam Suriah, konon setelah Irak memang Suriah, lalu mungkin Sudan dan Iran yang bakal menjadi sasaran agresi AS berikutnya. Bila Irak, sebelumnya Afghanistan, mungkin nanti Suriah lantas Sudan dan Iran bisa diberlakukan seperti itu, maka tidak ada jaminan negara-negara lain tidak mengalami nasib serupa. Kecuali semua negara mau tunduk pada kekuasaan Amerika Serikat.
Walhasil, melalui politik premanisme akan tercipta sebuah tatanan dunia monolistik dimana Amerika dengan segenap kepentingannya sebagai sentrumnya. Secara demikian lembaga-lembaga internasional semacam PBB atau lainnya yang diidealkan dibentuk guna berperan sebagai medium dalam mendialogkan kepentingan berbagai negara menjadi tak punya arti apa-apa. Karena pada kenyataannya lembaga- lembaga internasional itu hanya menjadi alat atau setidaknya tidak berdaya apa-apa dalam menghadapi sepak terjang AS, orang pun akan kehilangan kepercayaan pada prinsip-prinsip nilai karena dengan politik kepentingan, nilai-nilai itu bisa dipermainkan sekehendak hati.
AS menuntut para Jendral TNI diajukan ke muka pengadilan internasional karena dituduh melanggar HAM, setelah membiarkan terjadinya kerusuhan, penjarahan, pembakaran dan pembunuhan di Dili saat East Timor lepas dari Indonesia. Kini setelah peristiwa yang lebih dahsyat dari Timor Timur telah terjadi di Baghdad, juga sekarang Afghanistan.
Apakah Amerika juga akan menuntut para Jenderal mereka ke mahkamah internasional atas tuduhan pelanggaran HAM seperti yang mereka tuntutkan kepada Jenderal TNI ?
Bush menyatakan bahwa serangan AS ke Irak diperlukan untuk membebaskan rakyat Irak dari penguasa otoriter dan menegakkan demokrasi di sana. Maukah Amerika menyerang Libya, Arab Saudi atau yang lainnya yang penguasaannya juga tidak kalah otoriter guna menegakkan demokrasi di sana ? Sungguh sia-sia mengharap mereka setia pada nilai- nilai, bagi mereka nilai tertinggi adalah kepentingan, dan kepentingan tertinggi tidak lain adalah uang... Inti dari kapitalisme.
Wajah Amerika sekarang adalah cermin dari wajah kapitalisme sejati, untuk mencapai kepentingan itu mereka tidak segan menabrak segala macam nilai-nilai yang mereka gembar-gemborkan dimana-mana, politik kekuasaan, pasukan, senjata, diplomasi internasional, uang, kebohongan, manipulasi, hipokrisme, teknologi, media massa, moralitas hanyalah serangkaian alat-alat yang bisa digunakan dan bisa pula ditinggalkan guna mencapai tujuan tertinggi kapitalisme. Bila untuk kapitalisme mereka harus membunuh, menyerang, menguasai, merusak, melakukan teror atau bahkan menghancurkan dunia pun niscaya mereka juga akan melakukannya, dan bila untuk keberhasilan semua itu diperlukan kekuatan negara, maka itupun juga akan mereka lakukan. Baghdad, Irak, Palestina, Afghanistan, Pakistan, Vietnam, Kamboja, Korea dan sebagainya hanyalah sekedar sekian contoh wilayah-wilayah yang merasakan jahatnya nafsu imperialisme, alat lain dari kapitalisme.
Dan semangat kapitalisme serta imperialisme di era modern sekarang ini semakin mendapatkan darah segar ketika memberikan intervensi tangan-tangan perusahaan besar masuk ke ruang-ruang pengambilan keputusan, karena sebagian dari mereka adalah bagian dari perusahaan-perusahaan itu.
Inilah ciri utama dari apa yang belakangan disebut negara KORPORASI (Corporation State). Kekuatan riil untuk mengatur, karenanya dipunyai bukan oleh pemerintah dan badan-badannya, melainkan juga oleh perusahaan-perusahaan transnasional. Dan kini menurut hasil riset institut for policy studier 70%, the global trade dikendalikan oleh hanya 500 perusahaan. Pertemuan Johanesberg World Summit On Surtainable Development membuktikan betapa perkasanya perusahaan-perusahaan swasta dibanding pemerintah negara manapun yang rata-rata memang tidak cukup punya uang untuk menggerakkan pembangunan.
Melalui proses ini, perusahaan-perusahaan transnasional secara efektif mengamankan aturan- aturan di berbagai negara termasuk Indonesia, semisal melalui LOI, IMF, yang di dalamnya terdapat rencana privatisasi sejumlah BUMN seperti Indosat dan Pertamina. Melalui media, mereka memanipulasi opini publik agar siapapun yang terpilih untuk menduduki jabatan-jabatan publik akan mendukung tujuan-tujuan perusahaan transnasional kemanapun mereka pergi. Begitu globalisasi berjalan, negara-negara dipaksa menjual kedaulatan mereka kepada perusahaan.
Dengan mendudukkan bekas orang-orangnya di kekuasaan seperti : Richard Armitage, menteri luar negeri dari Raython dan Boeing (pembuat pesawat terbang, termasuk pesawat tempur) Dick Cheney, Wakil Presiden dan Peter Teets, wakil kepala staf Angkatan Udara dari Lockheed Martin (pembuat pesawat dan tank) Sementara Northrop Grumman (pembuat persenjataan) diwakili oleh James Roche, Kepala Staff Angkatan Udara, dan Paul Wolfowiz, Wakil Menteri Pertahanan. General Dynamics oleh Gordon England, Kepala Staff Angkatan Laut dan Center For Security Policy (CSP, perusahaan yang merancang sistem pertahanan rudal Amerika) oleh Donald Rumsfeld, Menteri Pertahanan.
Industri Pertahanan AS telah mengarahkan para pejabat-pejabat pemerintah itu untuk mencapai tujuan perusahaan (kontrak-kontrak pertahanan, teknologi satelit, persenjataan, bahkan juga pasokan logistik).
Sekilas ini nampak bagaikan simbiosis yang saling menguntungkan, tapi yang terjadi ialah perusahaan- perusahaan itulah yang memegang kendali, negara tunduk pada kepentingan perusahaan yang tidak lain adalah kepentingan kapitalis.
Inilah negara korporasi, sebuah desain dimana negara dikendalikan oleh perusahaan-perusahaan dan orang-orang yang dipilih oleh rakyat tak lebih merupakan kepanjangan tangan para eksekutif berdasi dari berbagai perusahaan, dan kebahagiaan mereka adalah menukar penderitaan dengan senjata. Ketika perang tiba maka mereka berpesta pora, ya.... para kontraktor pertahanan AS benar-benar bancakan setelah agresi Amerika ke Irak dinyatakan memenuhi harapan pemerintah Bush memperoleh tambahan anggaran pertahanan sebesar 63 milyar USD sehingga total general anggaran pertahanan pada tahun itu mencapai 450 milyar USD.
Sementara dari Washington (1 Oktober 2010) melaporkan sebuah penelitian baru atas biaya jangka panjang perang AS di Afghanistan dan Irak mematok perkiraan awal setelah direvisi mencapai 6 trilyun USD.
Penelitian yang dilakukan oleh pemenang hadiah nobel ekonomi Joseph Stiqlitz dan Prof. Linda Bilmes dari Harvard University membuat rincian bagaimana dua perang tersebut, yang dipublikasikan secara luas sebagai perang melawan "teror" bisa berakhir menelan biaya para wajib pajak Amerika mencapai 6 Trilyun USD. Para penulis melakukan penelitian mereka dan merevisi angka sebelumnya yang pernah diterbitkan dalam sebuah buku tahun 2008 berjudul "Perang 3 Trilyun" .
Ya, melalui penguasaan atas Irak, AS bakal leluasa menyedot habis 179 Milyar barel minyak Irak senilai 6 Triliyun USD. Dengan semua itu, Irak diharuskan AS membayar pampasan perang teluk pertama tahun '90-an yang dirancang sendiri oleh AS senilai lebih dari 190 milyar USD, juga harus membayar pampasan perang sekarang senilai lebih dari 100 Milyar USD dan biaya rekonstruksi Irak akibat pemboman AS yang membabi buta.
Aneh bukan... Amerika yang mengebom Irak, Irak juga yang harus membayar biaya perang!!
Memang melalui cara inilah, industri senjata AS sebagai penghasil devisa terbesar bisa terus menggeliat, awalnya adalah logika sederhana menciptakan peluang ekonomi, tapi berakhir dengan bencana, agar industri senjata terus berjalan, maka harus ada yang memakai. Dan untuk apa memakai senjata kalau tidak ada perang ? Maka AS memang secara berkala setidaknya sepuluh tahun butuh perang.
Tahun '40-an PD.II, tahun '60-an Semenanjung Korea, tahun '60-70-an perang Vietnam, tahun '80-an perang Iran-Irak, tahun '90-an perang mengusir Irak dari Kuwait, tahun 2000-an perang invasi ke Irak dan Afghanistan. Tapi perang melawan Irak kali ini betul-betul jitu, bila perang-perang sebelumnya AS membiayainya sendiri, perang kali ini justru dibiayai oleh yang diserang, dan Irak memang sebuah negeri yang menyimpan semua karakter yang mampu memenuhi nafsu jahat AS. Negaranya kaya, lemah akibat 11 tahun diembargo dan yang terpenting menyimpan sedikit pembenaran untuk AS masuk ke sana, yakni senjata pemusnah massal dan rezim diktator, tidak perduli meski itu semua mudah sekali terbaca kepalsuannya.
Memang secara fisik, wilayah Islam yang semula terbentang sangat luas mencakup seluruh jazirah Arab, Afrika bagian utara, sebagian Eropa, Asia Tengah, Asia Timur, dan Asia Selatan, dari Mauritania bagian barat sampai Indonesia bagian timur, terpecah menjadi kurang lebih 50 negara-negara kecil yang dipimpin oleh penguasa yang tidak sepenuhnya mengabdi pada kepentingan Islam dan umatnya, tapi justru kepada negara penjajah. Secara intelektual orang islam mengalami "Westoxiation", umat islam mengalami proses sekularisasi, yakni secara sengaja dipisahkan dari ajaran islam oleh para penjajah. Dalam proses alienasi umat islam dari ajaran agamanya, peracunan barat semakin gencar berlangsung, umat islam menjadi sangat lemah dan karenanya bukan saja tidak mampu mengkonter kesesatan pemikiran barat tapi juga tidak mampu melepaskan diri dari faham sekulerisme yang tertancap dalam tubuh umat.
Meski secara umum kebanyakan orang mengatakan kini lebih 50 negara kaum muslimin telah merdeka, tapi sebenarnya negara-negara imperialis barat dan para sekutu-sekutunya secara politik, ekonomi, hukum dan bahkan militer tetaplah menguasai negara-negara itu. Secara politik, di masing-masing negara itu, mereka merekayasa lahirnya sistem perundang-undangan sekuler yang memuat peraturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara di negeri-negeri kaum muslimin, mengabaikan syari'at Islam, dan merekayasa lahirnya penguasa boneka yang bersedia tunduk untuk menjaga kepentingan politik dan ekonomi negara tuannya, meskipun untuk itu mereka harus "full fill on order to make so happy and satisfied with what they are doing and have done". Atau bahkan lebih dari itu mereka sampai hati menindas rakyatnya sendiri dengan kejam.
Secara ekonomi, negara penjajah dengan leluasa menguras harta kekayaan dan potensi alam negeri-negeri kaum muslimin, serta merekayasa agar lahir perundangan dan kebijakan yang menguntungkan ekonomi mereka. Upaya ini diperkuat melalui jalur pendidikan, dengan mencetak generasi baru islam yang keluar dari faham Salafush Shalih, berpandangan sekuleristik dan silau terhadap peradaban barat, sedemikian sesatnya sehingga mereka tak segan mencampakkan pandangan hidup dan prinsip-prinsip islam.
Di samping itu, negara imperialis juga merekayasa pergolakan dan upaya disintegrasi di negeri-negeri islam, serta menimbulkan berbagai kekuatan politik yang saling berlawanan sehingga politik devide et empera mudah dijalankan dan umat islam tak pernah memiliki kekuatan politik yang solid.
Ya, barulah saya tahu tentang 3G yang pernah guru sejarah kami ajarkan sewaktu di Sekolah Dasar (Gold, Gospel, and Glory) "or in other term it is polytical system of gaining economic or political control over other countries". Dan gerakan kolonialisme ini selalu disertai oleh kegiatan misionaris dan orientalis.
Jadi, jelas sekali bahwa runtuhnya khilafah islamiyah telah menjadi ummul jara'im, biang segala malapetaka, kerusakan dan problematika yang menimpa umat islam diseluruh dunia. Di sinilah mengingat kembali pentingnya kekhalifahan yang menjalankan syari'at islam secara murni dan benar, bukan kekhalifahan yang berdasarkan ideologi yang lain. Ya, sepertinya sudah menjadi ketentuan Allah bahwa setiap masa selalu terdapat adikuasa yang memerintah dunia dan membentuk tatanan dunia sesuai dengan kehendaknya. Dan adalah suatu realita bahwa dunia publikasi (termasuk penerbitan) masih didominasi oleh barat dan sekutu-sekutu mereka.
Hal ini memungkinkan mereka menggiring opini publik dunia mengikuti opini mereka. Tentu saja ini merupakan suatu ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan yang lain seperti ekonomi, politik, militer dan seterusnya. Dan inilah ciri paling menonjol dari tata kehidupan internasional yang didesain oleh barat dan sekutunya saat mereka tampil sebagai pemimpin peradaban dunia. Elemen-elemen lain dari masyarakat dunia (kecuali yang mau mengikuti barat) disudutkan melalui pencitraan yang buruk, dijadikan objek semata dan tidak diberi ruang untuk berekspresi serta dalam banyak hal, dan kasar, selalu dikambing hitamkan dan dikorbankan. Elemen-elemen yang dimarjinalkan ini menyadari bahwa barat telah banyak berlaku sewenang-wenang terhadap mereka, namun merekapun menyadari bahwa tidak akan ada yang dapat diperbuat untuk menghentikan tindakan-tindakan barat itu.
Begitu juga untuk mengatasi ketimpangan-ketimpangan yang ada pada berbagai bidang ini. Kalau toh, mereka bersuara, hampir dapat dipastikan tidak akan banyak yang sudi mendengarkannya dan suara-suara itu akhirnya berlalu begitu saja, sedangkan ketimpangan-ketimpangan semakin vulgar dipertontonkan.
Bagaimana dengan lembaga- lembaga dunia seperi PBB, NATO, IMF, dan lainnya, itu jangan berharap banyak terhadap lembaga-lembaga itu karena semuanya masih bekerja di bawah bayang-bayang barat, Amerika dan sekutunya. Kalau toh ada benturan kepentingan pasti lembaga-lembaga tersebut tidak dapat berbuat banyak.
Bukti terakhir adalah keputusan AS dan Inggris untuk menyerang Irak meski tanpa restu Dewan Keamanan PBB. Kaum muslimin termasuk yang dimarjinalkan ini, bahkan ia menjadi korban paling parah kebiadaban barat. Suatu hal yang membedakan kaum muslimin dengan kelompok-kelompok marjinal lainnya adalah :
1. Kaum muslimin punya modal sejarah sebagai pemimpin peradaban dunia dalam rentan waktu jauh lebih lama dari apa yang telah dijalani oleh barat saat ini dengan prestasi moral yang hampir tanpa cacat.
2. Konsep-konsep penataan kehidupan dalam berbagai bidang yang dianjurkan Islam jauh lebih menjamin keadilan dan kejujuran.
3. Banyak sumber- sumber alam yang penting ada di wilayah kaum muslimin.
4. Mereka memiliki optimisme yang tetap terpelihara bahwa hari esok di tangan kaum muslimin "The State Of Islam Will Remain".
Ya... umat islam disudutkan melalui pencitraan yang buruk, dijadikan objek semata dan tidak ada ruang untuk berekspresi dan dalam banyak hal dikambing hitamkan dan dikorbankan, mereka memberikan tuduhan yang tidak jelas menjustifikasi apa yang dilakukan dan memandang remeh perkara padahal mereka sudah berbuat jauh di luar nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini mengingatkan saya beberapa tahun silam ketika di interogasi di Malaysia :
["One time in the end od year 2007, I meet two person from America FBI. They interogated me at Malaysia Royal Police Dept. Center in Bukit Aman, Kuala Lumpur, Malaysia. At first, they showed me their identity card from FBI, and then they asked for information about my name, my address, my age, and other.
And one of them said to me, "you are 28 years old, you are still baby".
And then I answered, "I am 28 years old, you said that I am still baby ? You are the old man" suddenly he came to me, shaked and clamp down my hand strongly.
And he said, "but I still strong man !", with his eyes saw deeply to my face with angry. Yes... He was go off the deep end. And other, he asked me about The 11 September.
I said, "No drops tears from my eyes and no condolence for that".
He said, "So you are one of the terrorism ?"
I said, "I don't care whatever you said, because it still not clear who they are ? And Amirica can't prove it".
And one more which I still remember, before they leave me in that afternoon... I asked him, "What American had done in Irak ?".
He Said, "Is that a thorn in somebody flesh for you?"]
Ya... Dia telah mengatakan apakah itu duri dalam daging bagi saya ? Bukan duri dalam daging... Bahkan itu adalah sembilu tajam yang telah Amerika goreskan di leher-leher kaum muslimin hingga urat nadipun terputus dan darah tercecer di mana-mana. Berapa puluh ribu orang tewas dan berapa ribu bangunan dan rumah tinggal hancur karenanya ?
Sungguh jawaban sinis itu membawa saya kepada gambaran suram sebuah tragedi di suatu negeri di mana seorang dokter telah mengisahkan pengalamannya di sana, dia mengatakan :
"Anak kecil itu melukai jantungku, merobek jantungku... Dia seorang anak Afghan, duduk di atas kasur lusuh, di atas dipan rusak dalam kamar yang semrawut, di sebuah rumah sakit yang tidak memiliki obat-obatan, ia kehilangan semua keluarganya, ayah, ibu, kakek, nenek, dan semua saudara laki-laki dan saudara perempuannya. Dua belas orang mati semua ketika sebuah bom dijatuhkan kepada mereka.
Mereka dihujani bom oleh pesawat-pesawat para perampok. Mungkin usianya antara tiga atau empat tahun, saya tidak bisa memastikan. Di dunia para perampok dan penghisap darah semacam Bush dan Blair. Kekurangan darah dan gizi menyebabkan menentukan usia siapapun menjadi kemustahilan. Bisa jadi seorang anak berusia sepuluh tahun, tapi anda menyangkanya baru 5 tahun. Bisa jadi seseorang berusia 30 tahun tetapi anda menyangkanya 60 tahun.
Anak kecil tersebut duduk di atas dipan, ia tidak menangis... Bahkan ia juga tidak mengeluh, sekalipun betisnya remuk, sementara alat infus di pasang di lehernya. Saya mulai mengamatinya dengan hati yang sedih, berusaha menafsiri makna sorot matanya... Apakah itu sorot mata kemarahan ? Ataukah ketakutan ? Ataukah kesedihan ? Ataukah kesakitan ? Ataukah keterkejutan ? Ataukah ketidak fahaman ? Ataukah penghinaan ? Ataukah pengaduan ? Pengaduan... Saya fikir, wahai manusia, apa yang saya baca di matanya adalah pengaduan-pengaduan yang andai kata dibagikan kepada seluruh penduduk bumi, tentu mencukupi mereka" kisah dokter itu.
Pengaduan yang dengannya seorang FBI itu mengatakan kepada saya "Is it thorn in somebody flesh to you ?".
Ya, kalaulah benar itu duri dalam daging bagi saya, itu adalah perkara sepele yang akan bisa teratasi... Tapi bagaimana dengan orang-orang yang telah terkorban karena ambisi Amerika itu, bisakah mereka anggap sekedar duri dalam daging ?
Juga pertempuran ketika kami bersama masyarakat Moro melawan teroris Amerika dan tentara bonekanya Fhilipina, dalam pertempuran yang tidak berimbang ketika mereka menggunakan kekuatan artilerinya dan mengarahkan skuadron pasukan udaranya.
Di malam itu, di tengah serangan yang membabi buta. Kulihat banyak masyarakat berlarian, sementara melintas di depanku seorang nenek tua berlari tak tentu arah sambil menghalau beberapa ekor kambing piaraannya, dan tangan kanannya memegang obor sebagai penerang, nampak di wajahnya ketakutan yang sangat, ia berusaha mencari tempat perlindungan untuk menyelamatkan diri, sementara jerit tangis anak-anak malam itu memenuhi ruang telingaku, dan dentuman Canon 105, 155mm yang ditembakkan dari jarak 9km rata-rata setiap 5 detik, menggelegar menghancurkan bangunan, rumah dan pohon-pohon besar yang menghalanginya.
Bahkan saya melihat nampak serpihan Canon itu menghantam batang pohon kelapa (seperti pisau memotong kue di atas nampan) hingga tumbang. Sementara tangan kananku ini terasa kaku, memegang RPG di pundak waspada pergerakan tank dan panser musuh memasuki perkampungan. Dan menjelang pagi, serangan udara musuh pun telah menyambut kami. Roket pesawat yang ditembakkan jatuh beberapa puluh meter dariku, terlihat menghancurkan sebuah rumah dan terbakar. Serangan itu telah membumi hanguskan perkampungan... Sungguh pemandangan yang mengantarku pada gambaran derita dan kepiluan hidup yang mendalam antara persekutuan biadab tentara Fhilipina dan teroris Amerika.
Ya.... Itu semua bagi kami bukan sekedar duri dalam daging, bahkan itu sembilu tajam yang telah mereka goreskan di urat nadi kaum muslimin hingga urat nadi pun terputus dan darahpun tercecer di mana-mana. Ingatanku atas semua kejadian itu bukan sekedar debu yang akan terbang oleh tiupan angin dan akan hilang terkikis air hujan, bukan hanya melukis di atas air, tetapi itu semua ibarat mengukir di atas batu.
Sungguh.... Kalaulah kami harus mengorbankan darah dan jiwa, dengan kehendak Allah Ta'ala, maka akan kami perangi lagi di front-front terdepan kaum Zionis Salibis itu, sebagaimana mereka telah memusuhi Islam dan memerangi kaum muslimin dan menyerang negeri-negerinya.
Ya Allah... Kalaulah kami di sini hanya bisa berbagi cerita ataukah telah menitikkan air mata untuk semua itu, sungguh mereka saudara-saudara kami di sana telah bersimbah darah, berkorban jiwa, telah hilang ibu, bapak mereka, hilang sudah sanak keluarga mereka, dan hancur rumah-rumah tempat tinggal mereka, berapa ribu wanita yang menjanda, berapa ribu anak-anak yatim dalam kedukaan dan sengsara, jeritan mereka sayup-sayup terdengar dan pada akhirnya hilang ditelan puing-puing kehancuran.
Di sudut lain, kekejian Israel seolah terlupakan. Gaza kembali merana, blokade tetap berjalan, kecaman dunia atas penyerangan kapal kemanusiaan MAVI MARMARA tidak menyurutkan aksi genosida yang dilakukan Israel atas penduduk Gaza. Obama masih dapat memahami apa yang dilakukan Israel tersebut. Israel pun kian kokoh menantang dunia. Tidak ada bahasa lain kecuali perang...!
Di bagian lain tokoh-tokoh Islam masih berharap belas kasihan Amerika dan Israel. "Harapan untuk duduk dalam meja perundingan mengakhiri konflik dengan hidup berdampingan, melupakan kisah panjang peperangan, mengubur dalam luka dan ribuan korban rakyat Palestina. Konflik harus segera diakhiri !". Begitu seruan yang sering terlontar dari pemimpin-pemimpin negeri umat Islam. Sementara... Tank-tank dan roket bertebaran menghanguskan Gaza. Rakyat Palestina harus mengencangkan perutnya karena minimnya bahan kebutuhan, bahkan untuk itu mereka harus menggali terowongan-terowongan bawah tanah di daerah perbatasan. Ironi dunia beradab!
Dunia beradab sedang menata cerita. Mencingcang anak-anak Palestina, menata bangkai-bangkai rakyat Irak, menggali kubur rakyat Afghanistan, mengais sampah-sampah rakyat Somalia. Tragis...! Kita hanya menonton dan menganggukkan kepala, mengikuti irama dunia beradab...! Kita hanya berteriak dengan menghiba dan memohon...! Kita hanya mengutuk dan mengecam! Kita hanya menghitung jumlah korban di Palestina, Irak, dan Afghan... Sementara tank-tank masih menggilas mereka. Bombardir terus berlangsung, roket terus diluncurkan padahal bahasa mereka perang, sementara bahasa kita adalah menghiba damai... Ironis dan tragis !
Seperti bola terus menggelinding, menggilas menerkam Palestina, Irak, Afghanistan, Uzbekistan, Tajikistan, Chechnya, Yaman, Pakistan, Aljazair, Somalia, Khasmir, Muslim Xin Jiang, Muslim Burma, Philipina, Thailand, dan lainnya, berikutnya bisa jadi anda...!
Ya Allah ya Tuhan kami, apa yang telah kulakukan untuk Islam dan umat ini. Terasa berat dosa di pundak ini untuk dipikul, sementara kedzaliman dan kehinaan terus dipertontonkan di depan mataku. Kadang- kadang aku berkhayal, bahwa setiap hari baru yang kulalui dalam hidup adalah kebohongan baru. Sebab bagaimanapun aku kuasa melihat kejadian itu, sedangkan aku tidak maju untuk menyambut jihad sebagai pembelaanku terhadap umat dan agama-Mu.
Bagaimana aku sanggup melihatnya tanpa keluar kata-kata benar dariku untuk menyebut orang kafir sebagai kafir, orang fasik sebagai fasik, dan pengkhianat sebagai pengkhianat. Bagaimana aku melihatnya, tetapi tak kuasa menyebut perkara sesuai dengan namanya...
Ya Allah, sungguh kami hanya melakukan suatu persiapan dalam rangka melakukan pembelaan terhadap Islam dan kaum muslimin, kami hanya memerangi orang yang telah memerangi islam dan Kaum muslimin. Ini adalah kebenaran dan perbuatan ini dibenarkan dalam syari'at agama ini...
"Ya Allah ya Tuhan kami, janganlah engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia)..."
"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu..."
"Ya Allah yang mengarahkan hati, arahkanlah hati kami untuk taat kepada-Mu"
"Rabbana Atina Fiddunya Hasanah, Wabil Akhirati Hasanah Wa Qina ‘Adzaabannaar..."
"Salam sejahtera bagi orang yang mengikuti petunjuk...."
3 komentar:
Sungguh kata-kata yang sangat menyentuh,,,ditulis dengan hati yang terdalam
Semoga diberkati oleh Allah subhanahu wata'ala
nah skarang yg jadi pertanyaannya, apa hubungannya teroris, amerika, eropa, dengan BOM BALI, BOM JW MARRIOT, dan bom2 lain, siapa yg anda lukai, sakiti, dan yg anda dan kelompok anda bunuh di BOM BALI, BOM JW MARRIOT dan bom2 lain, apakah mereka teroris, amerika, eropa, penjahat, preman, dajjal?
Posting Komentar