Terungkapnya
Misteri Tahanan No. 650
Muslimah
Pakistan itu "diculik" FBI 4 tahun lalu bersama anak-anaknya. ‘Tahanan No. 650’ di Baghram ini dikabarkan
mengalami perkosaan dan siksaan. Sungguh mengejutkan. Setelah pers “meributkan”
nasib ‘Tahanan No. 650’, yang merupakan satu-satunya tahanan wanita Pakistan
yang mengalami penyiksaan dan perkosaan di penjara AS di Bagram, Amerika, hari
Selasa (5/8/2008), tiba-tiba menyatakan bahwa Dr. ‘Afiyah Shiddiqy hendak
diadili di New York. Padahal sudah hampir lima tahun ia "diculik" dan
tidak diketahui rimbanya.
Jaksa
AS untuk Distrik Selatan New York, Michael Garcia mengatakan, ‘Afiyah Sidiqui
ditangkap bulan lalu di Afghanistan. Menurut pengakuan Amerika, saat ditangkap,
katanya, wanita yang pernah tinggal di AS itu kedapatan membawa dokumen-dokumen
mengenai bagaimana membuat bahan peledak dan deskripsi berbagai gedung AS
termasuk di New York City.
Sekali
lagi menurut pengakuan AS, ketika perwira militer AS tiba di tempat tahanan Shiddiqy
untuk menjemputnya, wanita itu sempat melepaskan tembakan dari senapan yang
tergeletak di lantai. Katanya, Shiddiqy dua kali menembak namun tidak mengenai
siapapun. Dia kemudian terkena tembakan di dada oleh seorang perwira AS. Shiddiqy
kemudian diekstradisi ke AS.
Jika
benar bahwa ‘Afiyah ditangkap di Afghanistan satu bulan yang lalu. Lantas,
siapakah yang telah menculiknya tahun 2003? Benarkah bahwa ia tertangkap satu bulan yang lalu?
Berikut rekaman media massa mengenai “alur” perjalanan Muslimah pertama menjadi
buron FBI ini.
Awalnya,
media massa telah melansir bahwa Dr. ‘Afiyah Shiddiqy telah ditangkap bersama 3
anak-anaknya, oleh intelijen Pakistan pada awal tahun 2003. Dan sejak saat itu
nasib wanita beserta ketiga anaknya ini tidak diketahui.
Di
saat yang sama Amerika dan intelijen Pakistan menuduh bahwa Muslimah ini memiliki
hubungan dengan Al-Qaeda. Akan tetapi Amerika dan pihak intelejen Pakistan
menyanggah bahwa mereka telah menangkap ‘Afiyah. Foto ‘Afiyah, hingga kini
masih terpampang di situs FBI, yang berstatus sebagai buronan.
Peristiwa
penculikan ‘Afiyah sendiri dilakukan ketika ia bersama ketiga anaknya sedang
naik metro untuk mengambil penerbangan ke Rawalpindi, Punjab pada 30 Maret
2003.
Panculikan
itu dilakukan ketika ia berjalan menuju airport. Media massa mengklaim bahwa
penculikan itu dilakukan oleh intelejen Pakistan, kemudian diserahkan kepada
pihak FBI. Saat itu ‘Afiyah berumur 30 tahun, anaknya yang tertua berumur 4
tahun dan yang terakhir adalah bayi yang masih berusia satu bulan.
Beberapa
hari setelah itu channel berita Amerika NBC melaporkan bahwa ‘Afiyah telah
ditangkap di Pakistan atas tuduhan telah menjadi penghubung untuk mentransfer
uang kepada Al-Qaeda. Ibunya, Ismat (yang kini telah wafat) menyanggah tuduhan
itu.
Pada
1 April 2003, sebuah media massa berbahasa Urdu menyebutkan bahwa Menteri Dalam
Negeri Pakistan Faisal Saleh Hayat membantah, ketika ditanya apakah Dr. ‘Afiyah
telah ditangkap?. Ia mengatakan : ”Dr. ‘Afiyah memiliki hubungan dengan Al-Qaeda
dan ia belum ditangkap”. Tapi hingga sampai saat itu pun, nasib Dr. ‘Afiyah
tidak diketahui.
Tidak
berselang lama muncullah laporan-laporan media tentang wanita ‘Tahanan No.
650’, yang berada di tahanan Amerika di pangkalan Baghram Afghanistan, yang
dikabarkan mendapatkan perlakuan tidak manusiawi dan telah kehilangan
kesadarannya.
Pejabat
Majelis Tinggi Inggris (The House of Lord) mendapatkan informasi mengenai
kedaan tahanan itu. Ia menerangkan bahwa kondisi kejiwaan wanita itu terganggu
karena terus menerus menjadi korban perkosaan petugas penjara dan kedaan sel
yang dihuni ‘Tahanan No. 650’ ini tidak memiliki toilet dan kamar mandi
tertutup, sehingga tahanan lain bisa bebas melihatnya ketika, ia sedang mandi.
Pada
6 Juli 2008, seorang jurnalis Inggris, Yvonne Ridley, menggelar jumpa pers dan
meminta berbagai pihak perduli dengan nasib tahanan wanita Pakistan ini, yang
menurut keyakinannya, wanita itu sedang
berada dalam ruang isolasi tahanan Amerika di Baghram selama empat tahun.
Jurnalis
yang menjadi Muslim setelah ditawan Thaliban ini mengatakan : ”Saya menyebutnya
sebagai “perempuan abu-abu”, karena bentuknya sudah mirip hantu, terkadang ia
menjerit dan menangis terus-menerus”.
Ridley
mengetahui hal ini setelah ia membaca sebuah buku The Enemy Combatant yang ditulis oleh mantan penghuni penjara
Guantanamo, Muazzam Begg. Sesudah ditangkap pada Februari 2002 di Islamabad, Begg ditahan di pusat penahanan
Kandahar dan Baghram selama sekitar setahun, sebelum dia dipindahkan ke
Guantanamo. Dia menceritakan pengalamannya di dalam buku yang terbit pada tahun
2005, yang di dalamnya menyinggung tentang ‘Tahanan No. 650’.
“Saya
ingat Muazzam yang mengatakan kepada saya tentang teriakan wanita yang dulu dia
membayangkan bahwa bisa jadi wanita itu istrinya. Dan saya pernah berfikir
bahwa teriakan itu keluar dari tape recorder, yang dijadikan sebagai salah satu
bentuk penyiksaan secara psikis”. Ungkap Ridley dihadapan lebih dari 100
wartawan
“Walau
bagaimanapun, kami sekarang tahu, pekikan itu datang dari seorang wanita yang
sudah dipenjara di Baghram selama beberapa tahun. Kami juga bisa mengungkapkan
dari sumber valid bahwa ia adalah ‘Tahanan 650’,” Jelas Ridley.
“Tahanan
650’ adalah ujung gunung es pelanggaran hak asasi, penahanan secara ilegal yang
sangat buruk. Adalah episode memalukan di sejarah Pakistan yang harus
diluruskan,” Tambah Ridley.
Seakan-akan
menyindir Pakistan : “Adalah hal yang cukup aneh, bagaimana kita menyerahkan
saudara perempuan kita kepada non-Muslim laki-laki yang sejarahnya penuh
perkosaan dan perlakuan sewenang-wenang kepada tahanan,” kata Ridley dikutip
sebuah koran Pakistan. Atas data-data yang ia miliki, Ridley berkesimpulan
bahwa ‘Tahanan No. 650’ adalah Dr. ‘Afiyah Shiddiqy.
Mr.
Imran Khan, Pemimpin Partai Keadilan (T.I) juga mencurigai bahwa ‘Tahanan 650’
itu adalah Dr. ‘Afiyah Shiddiqy. Dan ia menuduh bahwa AS dan Pakistan sedang
menyembunyikan fakta 'Tawanan 650' itu.
Dugaan-dugaan
bahwa ‘Tahanan No. 650’ adalah Dr. ‘Afiyah Shiddiqy tidak lama berlangsung,
karena lewat pengacaranya, ‘Afiyah menyatakan bahwa ia memang pernah disekap di
Baghram dan mendapat perlakukan yang amat mengerikan. Ini dituturkan oleh
pengacaranya Elaine Whitfield Sharp, sesuai yang dilansir Cageprisoners
(8/8/2008), sebuah LSM London yang konsetrasi memberikan bantuan terhadap
Muslim yang terlibat dalam kasus terorisme. (arrahmah)
1 komentar:
semoga alloh swt mengampuni semua dosa2 dr afia dan dibahagiakannya kehidupan dr afia di akhirat oleh alloh swt.... aamiin..
Posting Komentar