Dua tahun terakhir menjadi momen yang berat bagi Al Qaidah Pusat (AQC – Al Qaidah Central). Serangan udara drone Amerika menghujani wilayah suku-suku Pashtun di Pakistan yang mengakibatkan terbunuhnya para pemimpinnya, menewaskan sejumlah besar para pemimpin senior operasional dan ideolog. Kenyataan itu mengikis ketahanan AQC dan trans-nasional Sunni jihadi untuk menyebarluaskan pesan akan kondisi tersebut. Meski mengalami kekalahan berat, AQC –bagaimanapun– masih memiliki sejumlah tokoh kharismatik yang memiliki kemampuan dan selalu siap untuk dimunculkan ke depan. Salah satunya adalah Abu Yahya al-Libi, seorang ketua tim yuridis (pakar fiqh). Kedua, seorang mubaligh Kuwait -Khalid bin ‘Abd al-Rahman al-Husaynan, seorang ideolog yang awalnya kurang dikenal namun memainkan peranan yang menonjol di bagian produksi media AQC sejak debutnya yang sering muncul dalam drama komedi “dialog sunyi”. Drama “dialog” ini merupakan monolog retorika yang ditujukan kepada presiden Amerika Barrack Obama, yang dirilis oleh kelompok al-Sahab Media Foundation pada Agustus 2009.
Semenjak itulah, al-Husayan mulai tampil sebagai pembimbing spiritual bagi kader bersenjata AQC di wilayah AfPak (Afghan-Pakistan, pen) sekaligus sebagai dai utusan yang bertugas melakukan rekrutmen baru dari luar negeri. Peranan tersebut mengharuskan ia tampil berulang kali dalam serial video Al Sahab yaitu Diary of Mujahid, yang menampilkan seluruh aspek kehidupan bergerilya para mujahid, dari keterlibatan dalam serangan militer, fisik dan pendidikan hingga kegiatan waktu luangnya seperti memancing. Serial Diary of Mujahid ini menyoroti hal-hal yang penting namun mengabaikan aspek sosial dari kehidupan mujahidin, yaitu ikatan yang tumbuh diantara para mujahid, pembentukan ideologi kelompok serta pengabdiannya. Al-Husaynan lebih sering muncul dalam peran militer sambil memanggul senjata api dalam menyampaikan ceramah dan khutbah di lapangan bagi pasukan garis depan AQC, menekankan peranannya sebagai “mujahid” atau pejuang di jalan Allah. Publikasi atas beberapa tulisan esai dan buku-bukunya yang penting di bidang hukum dan teologi, diterbitkan oleh Al Fajr Media Center –jaringan media bayangan yang bertanggung jawab pada distribusi online terhadap semua materi media yang diproduksi oleh AQC, AQAP (Al Qaidah Arabian Peninsula), AQIM (Al Qaidah in the Islamic Maghreb), ISI (Islamic State of Iraq)– makin mengukuhkan dirinya sebagai ulama fiqh (tokoh yuridis) jihadi.
Berbeda dengan Abu Yahya, Al Husaynan tidak menarik perhatian dari kalangan ulama dan analis –dengan sejumlah pengecualian penting– kendati dia merupakan salah satu "orator" terkenal bagi kampanye jihadi trans-nasional. Meskipun kemampuan operasional AQC dan medianya terhambat akibat kekalahan-kekalahan belakangan ini, mereka tetap konsisten menyuarakan semangat dan berita jihadi, seperti yang dilakukan Al Husaynan mendesak kaum muslimin seluruh dunia untuk mendukung jihad melawan AS dan sekutunya beserta kaki tangannya di Afghanistan, Iraq, Somalia, dan Yaman, Kampanye ini tidak bisa diabaikan oleh para analis Al Qaidah sebab mereka tetap melanjutkan untuk memberikan semangat bagi perang pemikiran/ideologi yang pasti melemah, namun tetap hidup dalam pergerakan militan trans-nasional. Ditunjang oleh kemampuannya sebagai orator ulung, yang menyalakan api semangat jihad dalam khutbahnya meski dalam percakapan biasa, Al Husaynan sanggup mengembangkan dirinya sebagai ulama dan penceramah sebelum dia bergabung dengan AQC. Jihadi trans-nasional saat ini mengalami kekurangan jumlah ulama senior sedangkan kehadiran ideolog/pemikir seperti Al Husaynan memungkinkan untuk menutup celah akan kebutuhan hukum dan kaidah fiqh dalam aksi-aksi mereka. Secara khusus, Jihad dapat menggunakan dalil dari ulama tsughur seperti al Husaynan untuk membantah kritik terhadap AQC dan aliansinya yang datang dari ulama Salafi Saudi, seperti Salman al-‘Awda.
Sebelum bekerja di Kementrian Agama dan Dakwah di Kuwait, al Husaynan memulai pendidikan formal agamanya pada tahun 1986 dengan sejumlah ulama senior Salafi Saudi, termasuk ulama senior Salafi-jihadi Saudi yaitu Sulayman al-‘Ulwan, yang dipenjara sejak 28 April 2004 dan ulama Salafi rujukan yang paling berpengaruh bagi sejarah modern di Saudi yaitu Muhammad al-‘Utsaymin. Al Husaynan memberikan informasi pribadinya secara detail berupa latar belakang pendidikan dan biografinya dalam wawancara panjang dengan Hittin, sebuah majalah jihad online berbahasa Urdu yang namanya diambil dari sebuah pertempuran terkenal saat Sholahuddin mengalahkan tentara Kerajaan Salib Jerusalem pada tahun 1187, yang diterbitkan pada bulan Januari lalu.
Informasi yang dikirimkan secara online oleh pendukun al Husaynan memberikan beberapa tambahan dalam biografinya. Setelah menyelesaikan program sarjana jurusan aqidah di Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, Arab Saudi, dia bekerja sebagai Imam dan Khatib di Masjid Akademi Ilmu Kemananan Sa’d al-Abdullah, sebuah lembaga pelatihan kepolisian Kuwait. Kemudian dia bekerja di beberapa masjid sekaligus, yang dikontrol oleh Kementrian Agama dan Dakwah, dimana dia menjadi khatib terkemuka dan penulis buletin dakwah yang produktif yang mengangkat tema seputar doa, Hari Kiamat dan pembahasan masalah wanita (muslimah). Dalam tiap karirnya, dia selalu menyelipkan humor dalam kajiannya untuk mencairkan hubungan dengan audiense, terutama untuk meraih simpati dari kalangan pemuda muslim yang menjadi sasaran utama dalam dakwah di Kuwait.
Pada pertengahan tahun 1990, dia menjadi figur yang paling vokal dalam membela pejuang Muslim (mujahidin) di Chechnya dan Bosnia. Saat itu, al Husaynan bekerja dengan Pergerakan Salafi Kuwait dengan juru bicara Fahid al-Haylam –yang disebut dai oleh para pendukung al-Husaynan– yang aktif dalam seminar-seminar keagamaan bagi kalangan pelajar dalam bentuk kegiatan perkemahan musim panas. Al-Husaynan, kemudian dipindahtugaskan ke masjid Bilqis sebab dikhawatirkan pemikirannya akan meracuni para kadet pemerintahan. Pada tahun 2006 atau 2007, al-Husaynan meninggalkan Kuwait menuju medan jihad di Afghanistan, tanah kemuliaan dan kemenangan. Tahun yang dia sebutkan dalam wawancara Hittin adalah pada 1427 H atau sekitar akhir tahun 2006/awal tahun 2007 M.
Bergabungnya al-Husaynan sebagai pemikir/ideolog AQC terlihat lambat namun pasti. Pada November 2009, al-Sahab mengeluarkan sebuah video rekaman khutbah Idul Fitri, dalam khutbah tersebut al-Husaynan terlihat sangat berbeda, dimana dia telah meninggalkan kesan humor seperti ceramah-ceramah sebelumnya. Kemudian sepanjang Ramadhan tahun berikutnya, al-Sahab mengeluarkan serial video kajian al-Husaynan yang membahas berbagai tema mulai dari aqidah dan syariah hingga tata cara ibadah dan karakter dari seorang muslim yang shalih. Beberapa kajiannya juga memuat rujukan yang berkaitan dengan topik ideologi dan politik, seperti membahas ciri-ciri orang munafik –yang menurut sang khatib– dapat menikam mujahidin dari belakang.
Pada Oktober 2010 al-Husaynan yang dikenal di lingkungan mujahidin sebagai Abu Zayd al-Kuwaiti, pernah muncul secara singkat dalam serial video kafilah syuhada yang diproduksi oleh al-Sahab dengan judul “The wind of Paradise”, sebuah dokumenter yang mengangkat kehidupan para pejuang dan pemimpin AQC yang syahid di Afghanistan dan Pakistan. Pada April 2011, serial video kajian syiar dakwah (al durus al da’iyya) yang dimulai sejak Ramadhan 2010 terus dilanjutkan, dan sebulan kemudian al-Husaynan ditunjuk sebagai syeikh (al-sheikh al-da’iyya), tingkatan yang sama yang digunakan AQAP untuk mengacu pada peranan syeikh Anwar al-Awlaki, seorang militan Amerika-Yaman.
Tak diragukan lagi al-Husaynan memegang peranan yang penting bagi AQC dalam menyebarluaskan ideologi/pemikiran Al Qaidah dalam dua tahun terakhir. Kendati al-Sahab senantiasa mendorong al-Husaynan berdiri di garis depan dalam kampanye media sejak akhir 2009, namun pengaruhnya terhadap jihadi Sunni trans-nasional masih belum jelas. Kriteria pengukuran terhadap pengaruh seseorang di dunia jihad agak sulit, namun di satu sisi bisa dilihat dari banyaknya testimoni atau kutipan yang lebih seringnya dan dikenal di kelompok jihad lainnya yang berbeda wilayah operasi. Tidak seperti Abu Yahya, ‘Atiyyatullah al-Libi, Usama bin Laden, dan Ayman al-Zawahiri, al-Husaynan kurang dikenal oleh pergerakan jihad seperti al-Shabaab di Somalia dan Tehreek-e-Taliban Pakistan, atau bahkan AQIM dan AQAP. Hasil karya cyber yang diproduksi secara independen oleh jihadi online menjadi salah satu indikator dalam bidang media jihadi dimana sang pengarang telah diikuti dari dekat selama beberapa tahun. Al-Husaynan baru sekedar muncul di hasil karya cyber. Dalam situasi ketidakpastian al-Husaynan, dukungan pengangkatan dari AQC sendiri dan meningkatnya peran yang dia mainkan dalam produksi media kelompoknya saat ini, menjadi beberapa alasan untuk tetap memantau dan memperhatikan gerakan manuver dan kontribusinya dalam kajian dan pemikiran jihadi kontemporer.
Penulis:
Christopher Anzalone, seorang mahasiswa kandidat doctor di Institute of Islamic Studies, McGill University dimana dia mempelajari pergerakan sosio-politik Muslim modern, Syiah Islam, dan budaya visual Islami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar