Rabu, 21 Desember 2011

Sehingga Agama Hanya Menjadi Milik Allah Semata

Segala puji bagi Allah, yang memuliakan Islam dan pertolongan-Nya. Yang menghinakan kesyirikan dengan kekuatan-Nya. Mengatur semua urusan dengan perintah-Nya. Mengulur batas waktu bagi orang-orang kafir dengan makar-Nya. Yang mempergilirkan hari-hari bagi manusia dengan keadilan-Nya, dan menjadikan hasil akhir sebagai milik orang-orang bertakwa dengan keutamaan-Nya.

Shalawat dan salam terhatur selalu kepada Nabi Muhammad, manusia yang dengan pedangnya Allah tinggikan menara Islam.

Amma Ba‘du…

Wahai umat Islam…

Terimalah sebuah kabar gembira, sebentar lagi negara Al-Quran akan lahir. Garis-garis waktu subuh mulai merekah setelah melalui gelapnya malam yang panjang, dan setelah mimpi buruk di kegelapannya dilalui oleh umat ini sejak awal. Dengan anugerah dan bimbingan Allah, putra-putra terbaik kalian berhasil mematahkan gempuran Amerika sekaligus menghancurkan kesombongannya yang semu. Kekuatan tiran Amerika yang tak henti-hentinya memerangi agama Islam di bumi Irak itu kini tak ubahnya seperti boneka yang mempertontonkan keberingasan “mengerikan” di sana-sini yang hampir saja terguling hanya dengan tusukan jarum.

Amerika datang sembari berangan-angan dan bermimpi untuk disambut dengan karangan dan taburan bunga, bak disambutnya para penakluk budiman. Ia tidak mengerti kalau “akar Keislaman” masih menancap kuat dalam lubuk hati yang paling dalam, di mana tak seorang pun raja yang bengis atau penguasa yang keras –apapun bentuknya—untuk memadamkannya atau mencabutnya dari dasar jiwa.

Amerika dikejutkan dengan keberadaan sesosok umat yang hidup dan pemuda muslim yang mulia dan punya harga diri, yang tidak mau dihinakan dan tidak rela dengan kelaliman. Tidak lama kemudian, Amerika bertangisan dan jatuh terjerembab sembari menjilati luka-lukanya. Baru lah nampak di hadapannya, ternyata ufuk itu gelap, dan ternyata umat ini tidak bisa dikalahkan.

Akhirnya mereka menggunakan cara lain, yaitu melancarkan makar dan tipu daya yang mereka memang sudah ahli dalam hal itu, melalui kerjasama dengan orang-orang munafik dan pengkhianat yang berasal dari orang-orang yang sekulit dengan kita. Telah dimulai barisan baru berupa tipu muslihat yang bertujuan untuk mencabut sumbu jihad dan memadamkan sumbernya dari hati orang-orang beriman.

TENTANG PEMERINTAHAN “KARZAI-ISME” :
Sebuah teori pemikiran menuai respon positif dan keberhasilan nyata di Afghanistan… maka, eksperimen ini harus kembali diulang. Umat Islam di sini, di Irak, harus kembali ditipu dan dibuatkan makar baru untuknya, berupa pemerintahan Irak yang demokratis. Sungguh, alangkah cepat semua itu berlalu. Di balik permainan ini, Amerika menginginkan beberapa urusan:

Pertama: Menyelamatkan darah orang Amerika “yang mahal dan tinggi nilainya”. Tentara Amerika sendiri telah membuktikan bahwa mereka adalah makhluk paling penakut dan lemah, serta menjadi sasaran “empuk” bagi pedang-pedang mujahidin. Mujahidin berhasil “memanen” kepala-kepala mereka. Tekhnologi mutakhir dan senjata pemusnah yang cerdik itu tak mampu melindungi mereka dari luka-luka. Atas dasar ini, maka hendaknya yang melindungi mereka adalah para budak berkulit coklat, para milisi yang murah harganya, yaitu yang berasal dari masyarakat “dunia ketiga”.  Mereka dipakai sebagai tameng untuk Amerika untuk melindungi dirinya dari serangan-serangan mujahidin. Mereka juga harus menjadi pasukan “penyapu ranjau” dan pasukan terdepan dalam bertempur melawan umat mereka sendiri. Sebab mereka lebih mampu dan dahsyat dan lebih mematikan dalam berperang melawan mujahidin. Sementara “si tuan Amerika” tinggal bersenang-senang di pangkalan-pangkalan militernya, jauh dari api peperangan. Lihatlah Amerika, mereka menggiring ribuan orang-orang seperti ini untuk menginjak umat Islam dengan memberikan imbalan seonggok dunia dan secuil harta yang –pada aslinya— mereka curi dari kekayaan dan kandungan alam negeri yang dermawan ini juga (Irak).

Kedua: Saksi sejarah dan pengalaman terkini menunjukkan bahwa penjajahan “tidak langsung” merupakan senjata yang lebih efektif dalam menghadapi umat ini. Jika tadinya orang kafir asing memimpin langsung dalam merampok umat dan merampas harta kekayaannya serta memperbudaknya, maka sebagai gantinya sekarang yang melakukan semua itu hendaknya adalah orang-orang munafik yang warna kulit dan logat bahasanya sama dengannya. Lihatlah negara-negara Arab di sekeliling kita yang dikendalikan dari Gedung Putih melalui agen-agen penghubung yang “sangat tulus” kepada para majikannya. Mereka menghinakan umat dan menimpakan kenistaan dan kerendahan kepadanya, serta menjualnya di pasar budak dengan harga yang murah. Mereka persembahkan putra-putra umat sebagai korban penyembelihan “sang majikan”, Amerika. Dengan demikian, eksperimen ini harus kembali diulang di Irak.

Ketiga: Belum lama ini, Collin Powell dengan terang-terangan menegaskan, di hadapan sebuah gerakan organisasi Yahudi, “Perang kita terhadap Irak adalah untuk membebaskan Israel dari bahaya Irak.” Karena ternyata Amerika tak mampu melakukan tugas ini, maka mereka mesti melimpahkannya kepada orang-orang munafik yang sekulit dengan kita, sebab itu lebih kuat dan lebih mampu. Bukankah “si mata satu” Mossa Diyan, dulu pernah mengatakan, “Negara-negara Arab itu kedudukannya seperti anjing-anjing yang menjaga kita.” ?! Bukankah orang-orang murtad dari kalangan mereka yang sekulit dengan kita telah melaksanakan tugas ini sebaik-baiknya serta menjaga Israel dengan penjagaan yang begitu ketat? Lihatlah ‘Iyadh Allawi (mantan Presiden Iraq, -ed), yang telah berjanji, dan kini bersiap-siap, untuk melaksanakan tugas yang sama. Maka, diserahkan sajalah tugas itu kepadanya.

Keempat: Semakin cepatnya daerah gembala Pemilu gaya Amerika berkembang, maka harus dibarengi dengan pencapaian-pencapaian target –walaupun semu—dari si penggembala sapi. Demikianlah semua permasalahan dan masa depan umat ini diperlakukan, untuk menjadi sekedar lembaran-lembaran kertas pemilu di tangan para penggembala sapi.

Di sini, kami katakan kepada pemerintahan Amerika dan negara-negara di dunia yang berada di belakangnya:

1.    Di sini, kami tidak berjihad demi membela tanah air atau batas-batas territorial semu negara yang dihasilkan oleh perjanjian Sieksy-Piccot. Kami juga tidak berjihad dengan tujuan agar thaghut Arab menempati posisi thoghut Barat. Akan tetapi jihad kami lebih tinggi dan lebih luhur, kami berjihad agar kalimat Allah menjadi yang tertinggi dan agama seluruhnya menjadi milik Allah.

“Dan perangilah mereka sampai tidak ada lagi fitnah dan agama itu seluruhnya menjadi milik Allah.” (Qs. Al-Anfal : 39)

Dan siapa saja yang melawan tujuan kami ini dan menghadang di atas jalan menuju tujuan tersebut, maka ia menjadi sasaran pedang-pedang kami –siapapun namanya dan setinggi apapun nasab keturunannya—. Sesungguhnya, kami memiliki agama yang diturunkan oleh Allah sebagai neraca penilai dan pemutus hukum, kata-katanya adalah pemutus, dan hukumnya bukanlah main-main. Itulah nasab hakiki yang menghubungkan antara kami dan manusia lain. Dengan memuji Allah, sesungguhnya neraca-neraca penilai kami berdasarkan ajaran langit, hukum-hukum kami berdasarkan Al-Quran, dan keputusan-keputusan kami berdasarkan petunjuk Nabi. Seorang Amerika yang muslim adalah saudara yang kami cintai, sementara orang Arab yang kafir adalah musuh yang kami benci, walau pun kami dan dia berasal dari rahim yang sama.

2.    Setiap muslim adalah saudara yang akan kami bela dan lindungi. Dan hendaknya setiap umat Islam di manapun ia berada mengetahui bahwa kami belum –dan tidak akan pernah—berani membunuh seorang muslim yang darahnya terlindungi, atau menumpahkan darah yang haram. Itu mustahil dan tidak akan pernah mungkin kami lakukan.

3.    Telah berlalu bagi umat ini masa menyusu kepada  kehinaan dan kerendahan. Telah berlalu pula masa di mana masa depannya yang dijanjikan dicuri oleh tangan-tangan kaum munafik yang sekulit dengan kita. Di masa lampau, umat telah mengorbankan segala yang mahal maupun yang murah, mereka berperang, bertanding, dan berjihad melawan orang kafir penjajah, akan tetapi tanpa disadari dan dengan begitu polosnya, tanpa sedikitpun terdapat rasa cemburu, mereka mengizinkan kaum oportunis munafik untuk menerima tampuk kekuasaan dan menempati posisi kepemimpinan. Akibatnya mereka memberlakukan umat Islam dengan perlakuan yang orang kafir asing sekalipun tidak mampu melakukannya walau hanya sebagian kecil. Pengalaman pahit ini senantiasa hadir dalam benak kami dan tergambar di depan mata kami. Dan kami tidak akan pernah membiarkan itu terulang kembali, dengan izin Allah. Dengan memuji Allah, putra-putra terbaik kalian berhasil menghidupkan kembali fiqih (pemahaman) para pendahulu kita yang sholeh (salafus sholeh) dalam memerangi kelompok-kelompok yang murtad, dan berhasil melaksanakan hukum Allah terhadap orang-orang murtad dan menolak untuk melaksanakan syariat-syariat Allah. Dan jihad kami akan terus berlanjut, tidak memilah antara orang kafir barat atau orang murtad arab, sampai khilafah islamiyah kembali ke muka bumi atau kami binasa karenanya.

4.    Adapun kamu, hai yang menjadi tentara dan polisi; sadarlah bahwa engkau telah mengulang kejahatan-kejahatan yang sama dengan sebelumnya. Sebelum ini, kalian telah rela menjadi “sepatu” bagi si thaghut Saddam Husein, yang ia pakai untuk menginjak kemuliaan dan kehormatan umat Islam. Denganmu lah ia menteror keamanan masyarakat, dan dengan senjatamu lah ia membunuhi rakyat tak berdosa. Kisah yang terus berulang ini selalu kita temui di mana pun kita melihat sepanjang sejarah dunia Islam; para tirani yang zalim menyiksa dan menghinakan umat yang lemah. Semua itu melalui kamu, wahai tentara. Adapun kami, kami tidak akan pernah membiarkan kalian menghancurkan harapan-harapan kami pada jihad penuh berkah ini. Kami tidak akan mengizinkan kamu menguasai masa depan cemerlang kami, di mana tanda-tanda awal kehadirannya mulai muncul di ufuk. Kami telah menghukumi kamu dengan hukum Al-Quran :


“Sesungguhnya Firaun, Haman, dan pasukan keduanya itu adalah orang-orang yang keliru.” (Qs. Al-Qashash : 8)

Dan kami akan coba berlakukan kepada kalian ketentuan ilahi :

“Maka Kami siksa Firaun dan bala tentaranya, lalu Kami campakkan mereka di lautan”. (Qs. Al-Qashash : 40)

5.    Setiap kali aku teringat saudari-saudari kami yang tadinya bebas kini di penjara kaum salibis, dan setiap kali terlintas pada pandanganku foto seorang wanita yang kehilangan anaknya yang dipaksa untuk menenggak gelas yang dipenuhi air mani para penyembah salib, maka seolah-olah bumi ini mengguncang diriku. Dan aku berjanji kepada Allah untuk membalasnya kepada setiap tangan yang ikut andil dalam melakukan persekongkolan ini.

Aku menangis karena wanita-wanita montok itu, celakalah ia…
Ia digiring ke pengasuhan-pengasuhan hina dari orang-orang jahat
Kemarin, kalian masih bebas, dan
Tiada satu pun tangan yang berani mendekat, jauh sejauh bintang di langit
Dan hari ini, kita merasakan menjadi tawanan
Mereka merasakan kehinaannya
Lalu mereka menangis dengan tangisan budak, seperti pohon ‘Andam

6.    Dan aku tak habis-habisnya merasa keheranan, bagaimana mungkin seorang muslim yang bebas yang di dalam dirinya masih ada agama, sementara ia melihat kehinaan seperti ini, masih rela untuk menjadi tentara para penyembah salib itu, atau menjadi polisinya orang-orang kafir itu?! Sudah hilangkah perasaan dalam diri mereka, sudah terlepaskah mereka dari agama mereka?! Sungguh kami telah berjanji kepada Allah dan kami mengambil sumpah yang besar pada diri kami, untuk tidak bersikap lunak dan mundur sampai kami berhasil menyelamatkan wanita-wanita itu dan kami membalas dendam terhadap kehormatan yang diperkosa dan harga diri yang dijatuhkan.

7.    Adapun kamu wahai ‘Iyadh Allawi, maaf wahai tuan perdana menteri “yang terpilih secara demokratis”. Sesungguhnya kami telah siapkan untukmu racun mematikan dan pedang yang siap memenggal, kami juga telah penuhi untukmu gelas yang menyeruakkan semerbak dan aroma kematian. Kamu telah berhasil lolos berkali-kali –tanpa kau sadari— dari ranjau yang telah ditepatkan dan kami pasang untukmu. Akan tetapi, kami berjanji kepadamu untuk menyelesaikan langkah hingga akhirnya. Kami tidak akan merasa letih atau bosan sampai kami “minumkan” kepadamu gelas yang telah kami minumkan kepada Izzuddin Salim, atau kami yang binasa karenanya. Karena kalian adalah symbol-simbol kejahatan, pentolan-pentolan kekafiran, dan symbol pengkhianatan serta kehinaan. Kalian adalah orang-orang munafik.

“Mereka itu pada hakikatnya adalah musuh, maka waspadailah mereka. Semoga Allah binasakan mereka, bagaimana bisa mereka terpaling.” (Qs. Al-Munafiqun : 4)

8.    Waspadalah… sekali lagi waspadalah dari sebuah makar besar, yang disusun oleh Amerika bersama “Karzai” Irak yang baru, yang bertujuan untuk mencuri kemenangan yang dihasilkan oleh putra-putra kalian di Fallujah. Bukan rahasia lagi bagi kalian, bahwa Amerika telah menyiapkan penjara-penjara militer yang besar, ia berniat menghinakan semua lelaki Fallujah dan memperkosa kehormatan-kehormatan mereka karena ingin membalas dendam dari kehormatannya yang diinjak-injak di gerbang pintu masuk kota tersebut. Akan tetapi, mereka dikagetkan –ini berdasarkan kesaksian para komandan dan pemimpin mereka sendiri—dengan keberanian dan kepahlawanan yang sulit dicari kesamaannya dalam sejarah. Maka melesetlah panah mereka, dan kekuatan mereka mundur dalam keadaan hina. Maka semakin besar saja kedengkian dan kemarahan mereka. Lalu mereka memutuskan untuk “menculik” rasa senang dari kemenangan itu, tapi dengan bekerjasama dengan orang-orang murtad yang sekulit dengan kami, demikian juga –yang menyedihkan—  dengan beberapa tetua kabilah yang telah terlepas dari agamanya, dengan alasan karena diriku ada di Fallujah. Padahal asumsi mereka itu dusta. Orang-orang dungu itu tak tahu bahwa aku berjalan-jalan dengan leluasa di negeri Irak –dengan anugerah Allah—. Aku bisa bertamu ke tempat kerabat dan saudara-saudaraku di seluruh penjuru negeri ini. Sebenarnya, semua yang mereka lakukan hanyalah alasan untuk melakukan balas dendam. Hendaknya kalian selalu waspada, mata kalian mengarah kepada musuh sementara jari-jari kalian berada pada pelatuk senapan, “dan Allah tidak akan menyia-nyiakan amal-amal kalian.”

9.    Adapun engkau, wahai umatku tercinta; menurutku tidak ada lagi ada orang yang masih berakal yang mempercayai kebohongan sistem demokrasi yang sering dijanji-janjikan, setelah terdengarnya “jeritan-jeritan penjara Gharib” dan skandal pelecehan yang menimpa tahanan di Guantanamo. Dan hanya kepada Allah kami mengadukan sikap diam dan tak mau membantu yang mengherankan dari umat ini –ulamanya, dai-dainya, mau pun orang-orang awamnya—. Ada apa sebenarnya dengan dirimu, wahai Umat Islam! Apakah kamu rela berlama-lama dalam kehinaan dan takluk dalam kenestapaan?! Ketidak pedulian dan sikap “masa bodoh” ini…sampai kapan?

10.  Adapun kalian wahai ulama-ulama penguasa, mengapakah tidak kalian keluarkan fatwa untuk memanjatkan doa qunut demi melawan Amerika seperti ketika kalian keluarkan fatwa untuk memanjatkan doa guna melawan para mujahidin di Jazirah Muhammad ShallAllahu ‘alaihi wa Sallam? Sungguh kalian telah mengingatkan kami –dengan fatwa yang kalian keluarkan tersebut—mengenai kelakuan Bal‘âm bin Bâ‘ûra’, ketika ia dibujuk oleh kaumnya agar mendoakan kehancuran Nabi Musa ‘Alaihissalâm. Mereka terus membujuknya sehingga akhirnya ia pun memanjatkan doa tersebut. Akhirnya Allah menghukumnya –karena ia mengetahui ilmu tentang ayat-ayat Allah— dengan menjadikan lidahnya senantiasa terjulur. Kami juga memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala agar memperlakukan kalian dengan tindakan yang sama. Karena kalian telah mengikuti langkah dan jejaknya.

Wahai umat Islam…

Kita tidak membutuhkan pelajaran mengenai arti-arti kebebasan mau pun tekhnik-tekhnik pemerintahan dari para “penggembala sapi”; sungguh Allah telah cukupkan kita dengan Al-Quran dan Sunnah Nabi –sholawat dan salam semoga tercurah kepada beliau.

“Tidakkah cukup bagi mereka, bahwa Kami telah menurunkan Kitab (Al-Quran) yang dibacakan kepada mereka?”. (Qs. Al-‘Ankabut : 51)

Benar, demi Allah, Allah telah mencukupi dan memberi kesembuhan… Benar, demi Allah, Allah telah mencukupi dan memberi kesembuhan.

Dan terimalah kabar gembira yang akan membuatmu senang, wahai umat Islam, dengan pertolongan Allah tanda-tanda awal datangnya kemenangan telah mulai datang. Kedepan, bakal berlangsung baku serang dan duel antara kita dengan orang-orang kafir dan murtad. Dan Allah Maha memenangkan urusan-Nya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Dan segala puji hanya milik Allah rabb semesta Alam.



Abu Mush’ab Az-Zarqawi

Share on :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright Aceh Loen Sayang 2011