Senin, 30 Januari 2012

Keterangan Bahwa Ada di Kalangan Umat Ini yang Menyembah Berhala


Oleh : Ahsanul Huda

"Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al-Kitab? Mereka beriman kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (kaum musyrikin Mekkah) bahwa mereka itu lebih benar jalannya daripada orang-orang yang beriman." (Qs. An-Nisa' :51)

Terdapat beberapa tafsiran dari kalangan Salaf tentang makna kata jibt, antara lain :

  1. Umar bin Khathab Radhiyallahu ‘anhu : Makna Al-Jibt adalah sihir, sedangkan makna Ath-Thagut adalah setan.
  2. Ibnu Abbas, Ikrimah, Abu Malik : Al-Jibt adalah setan (yakni dalam bahasa Habasyah /Ethopia). Ibnu Abbas berkata pula: Al-jibt artinya syirik. Dalam riwayat lain dikatakan: Al-Jibt adalah Huyai bin Akhthab. Dan dalam riwayat lainnya juga disebutkan : Al-Jibt adalah berhala.
  3. Asy-Sya'by : Al-Jibt adalah tukang ramal.
  4. Mujahid : Al-Jibt adalah Ka'ab bin Al-Asyraf. Al-Jauhari : Al-Jibt adalah kata-kata yang dapat digunakan untuk berhala, tukang ramal, tukang sihir dan sejenisnya. [Lihat Tafsir Al-Qur'anul Adhim, Ibnu Katsir : I/634]
  5. Ibnu Jarir Ath-Thabari, dalam menafsirkan ayat ini, setelah menyebutkan beberapa tafsiran dari ulama Salaf, mengatakan : "Jibt dan thaghut ialah dua sebutan untuk setiap yang diagungkan dengan disembah selain Allah, atau ditaati, atau dipatuhi; baik yang diagungkan itu batu, manusia, ataupun syaitan."

“Katakanlah: "Apakah akan Aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?". mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.” (QS. Al Maidah :60)

Ibnu Abbas mengatakan bahwa kedua kaum yang dirubah rupa atau bentuknya adalah orang-orang Yahudi yang telah melanggar kehormatan hari Sabtu, para pemuda mereka dirubah menjadi kera dan kaum tua mereka dirubah menjadi babi.

Diriwayatkan dari Imam Muslim (19/2889), Ahmad (5/278,284), Abu Dawud (4202), Ibnu Majah (3959), Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

"…Kiamat tidak akan terjadi sebelum ada suatu kaum dari umatku mengikuti orang-orang musyrik dan beberapa kelompok dari umatku yang menyembah berhala …"

Inilah kabar yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam 14 abad yang silam, dan hal ini sekarang sudah terjadi di tengah-tengah umat ini. Dan hadits ini menunjukkan bahwa jenis syirik ada dua :

1.   Syirkul Luhuq (syirik karena mengikuti orang musyrik). Baik secara jasmani ataupun mengikuti undang-undang dan aturan mereka, atau kadang-kadang secara bersamaan, yaitu bergabung dengan orang-orang musyrik sekaligus mengikuti undang-undang dan peraturan mereka secara bersamaan.

Berkata Syaikh Abdurrahman bin Hasan dalam menafsirkan sabda beliau (kiamat tidak akan terjadi sebelum ada suatu kaum dari umatku mengikuti orang-orang musyrik) : "Artinya, mereka orang-orang muslim bersama dengan orang-orang musyrik dan mereka murtad dari Islam dengan keinginannya sendiri kemudian mengikuti orang-orang musyrik."

2.  Syirku 'Ibadatil Autsan (syirik menyembah berhala). Dan ini sudah menjamur pada zaman ini. Namun karena kebodohan terhadap agama sehingga mereka tidak menganggapnya sebuah kesyirikan bahkan menganggap hal itu sebagai salah satu bentuk taqarrub kepada Allah.

Orang yang meminta kepada kuburan atau penghuninya, maka ia telah menyembahnya. Dan barang siapa yang menyembah sesuatu selain Allah, maka sesungguhnya ia telah menjadikannya sebagai berhala.


Keterangan Bahwa Kesyirikan Dan Kemaksiatan Sudah Ada Sebelum Umat   Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam

Ada beberapa contoh perbuatan orang-orang terdahulu, baik yang mengandung kesyirikan atau hanya sekedar kemaksiatan, di antaranya :
  1. Beribadah kepada kuburan orang-orang shaleh. (QS. Nuh :23)
  2. Beriman kepada Al-Jibt dan Ath-Thagut. (QS. An-Nisa' : 2)
  3. Berdo'a kepada selain Allah. (Dalilnya banyak, salah satunya adalah ayat di atas)
  4. Membangun masjid di atas kuburan. (QS. Al-Kahfi :21)
  5. Mensifati Allah dengan kekurangan, seperti mengatakan bahwa tangan Allah terbelenggu atau Allah itu fakir. (QS. Al-Maidah :64, QS. Ali Imran :181)
  6. Memakan barang-barang haram. (QS. Al-Maidah :62)
  7. Menjalankan riba dan memakan harta manusia dengan bathil. (QS. An-Nisa' :161)
  8. Membuat makar dalam melanggar larangan Allah.
  9. Mengubah firman Allah dari tempatnya. (QS. Al-Maidah :13)
  10. Menjadikan rahib dan pendeta sebagai tuhan. (QS. At-Taubah:31)


Keterangan Bahwa Ada Di Kalangan Umat Ini Yang Mengikuti Sunnah Orang Yahudi Dan Nashrani.

Dari Abu Sa'id Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Sungguh kalian akan mengikuti tradisi umat-umat sebelum kalian bagaikan bulu anak panah yang serupa dengan bulu anak panah lainnya, sampai kalaupun mereka masuk ke liang biawak niscaya kamu masuk ke dalamnya pula”. Para sahabat bertanya : "Ya Rasulullah, orang-orang Yahudi dan Nashranikah?" Beliau menjawab : "Lalu siapa lagi?". (Dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim)

Disini Rasulullah ingin menyatakan bahwa apapun yang pernah dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nashrani, maka umatnya juga akan melakukan itu semua tidak satupun tersisa.

Sufyan bin Uyainah :”Jika ada ulama kita yang rusak berarti dalam dirinya terdapat kemiripan dengan orang-orang Yahudi, dan bila ada ahli ibadah kita yang rusak, berarti dalam dirinya terdapat kemiripan dengan orang-orang Nashrani”.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Dan sesungguhnya yang aku takutkan dari umatku adalah para pemimpin yang menyesatkan”. {H.R Al Birqani}

Maksudnya adalah para ulama ahli bid’ah yang memberikan putusan terhadap mereka tanpa ilmu sehingga menyesatkan mereka, sebagaimana firman Allah :

“Dan mereka berkata;:"Ya Tuhan kami, Sesungguhnya kami Telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).” (QS. Al Ahzab :67)

Mengenai hadits Sa'id Al-Khudri di atas, terjadi perbedaan pendapat antara para ahli ilmu yang disimpulkan menjadi dua bagian :

  • Hadits ini sifatnya umum dan dikhususkan dengan hadits Thaifah Manshurah : "Akan tetap ada dari umatku segolongan yang  tegak membela kebenaran dan mendapat pertolongan dari Allah, mereka tidak tergoyahkan oleh orang-orang yang menghinakan mereka sampai datang keputusan Allah." (Diriwayatkan oleh Imam Muslim (19/2889), Ahmad (5/278,284), Abu Dawud (4202), Ibnu Majah (3959). Kesimpulannya bahwa umat ini akan mengikuti jalan orang-orang Yahudi dan Nashrani kecuali golongan Thaifah Manshurah.

  • Pendapat kedua mengatakan bahwa makna hadits secara dzahir, yaitu bahwa umat ini mengikuti      sunnah-sunnah Yahudi dan Nashrani. Karena sunnah mereka terbagi menjadi beberapa bagian, ada sebagian yang bisa mengkafirkan pelakunya, dan ada juga yang tidak, seperti makan harta haram, riba, dll. Kesimpulannya bahwa  umat ini berbeda-beda dalam mengikuti sunnah orang Yahudi dan Nashrani. Ada sebagian mereka mengikuti dalam amalan yang mengeluarkan pelakunya dari Islam dan ada juga yang mengikuti mereka dalam kemaksiatan yang tidak sampai pada taraf kesyirikan dan kufrun akbar. Wallahu A'lam. [Lihat Al-Qaulul Mufid 'Ala Kitabit Tauhid, Syaikh Utsaimin: I/283]

Adapun secara kenyataan, bahwa hampir tidak ada satu jenispun kesyirikan dan kemaksiatan kepada Allah pada umat ini kecuali hal itu telah terjadi pada masa lalu dan sebaliknya tidak ada kesyirikan dan kemaksiatanpun pada umat-umat terdahulu melainkan sudah terjadi pada umat ini.

Ada beberapa faedah yang dapat diambil dari hadits di atas :

  • Dalam hadits tersebut terdapat dalil yang menunjukkan adanya syirik pada umat ini karena mengikuti umat-umat sebelumnya.
  • Di dalam hadits ini terdapat tanda-tanda kenabian, di mana Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam  mengabarkan hal tersebut sebelum terjadi, dan secara kenyataan hal itu terjadi.
  • Dalam hadits tersebut terdapat peringatan dalam hal menyerupai orang-orang kafir.

Dikutip dari Kitab Fathul Majid
Share on :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright Aceh Loen Sayang 2011